Story In The Rain

Tittle : Story In The Rain

Author : Frey

Cast :

Shim Miyoung

Zhoumi

Other Cast :

Kim Haneul

Cho Kyuhyun (Cuma nama)

Genre : Romance, Family (mungkin)

Rated : General

Warning : Typo bertebaran, gaje, fluff (datar sedater – datarnya tanpa emosi)

 

ini FF sebenarnya aku kirim waktu Anniversary-nya Blog Nta. aku post ini setelah aku minta izin dia.. kekekeeke…

 

 

 

=====000=====

Hujan turun dengan derasnya di sore itu.  Banyak orang – orang memilih berteduh di tempat – tempat sekitar mereka. Tidak terkecuali seorang yeoja manis berambut lurus panjang. Mata hitamnya menatap rintik  air hujan itu dengan berbinar.

Yeoja itu menangkupkan kedua telapak tangan di depan wajah cantiknya.  Dan kedua sikunya bertumpu diatas meja. Senandung lirih muncul dari sela – sela bibirnya.

Hujan adalah saat – saat yang dia sukai. Karena selama 3ahun terakhir dalam hidupnya hujan memberikan banyak kenangan. Terlebih kenangan tentang seorang namja tampan itu. 3tahun yang penuh dengan cerita.

Hujan 3tahun yang lalu adalah menjadi awal pertemuannya dengan namja tampan itu. awal dari kisah mereka.

 

Hujan turun deras siang itu. Tepat saat jam pelajaran berakhir. Membuat beberapa haksaeng yang tidak membawa payung memilih untuk berteduh di sekolah terlebih dulu. Menunggu hujan reda.

Seorang yeoja berdiri di sebelah pilar bangunan di depan kelasnya. Tangannya terjulur ke depan merasakan air hujan menerpa telapak tangannya.

“Tidak berubah. Apa sich yang kau sukai dari hujan Miyoung~a?” Yeoja itu menoleh dan mendapati sosok sahabatnya berdiri di sebelahnya. Memberikan senyum manis ke sahabat baiknya itu lalu kembali menatap aliran air hujan itu.

“Hujan itu indah Haneul~a.”

“Apanya yang indah? Hujan itu membuat kita jadi tidak bisa pulang cepat waktu.” Ketus Haneul. Yeoja yang dipanggil Miyoung itu tidak menjawab apapun. Dia hanya tetap tersenyum.

“Aish menyebalkan. Aku ingin segera pulang agar bisa bertanding games dengan Kyu. Kapan hujan berhenti sich?” gerutu Haneul.

“Eung.. bagaimana jika kita berlari Haneul~a? Hujannya toh sudah tidak sederas tadi.” Usul Miyoung.

Haneul menatap hujan itu dengan pandangan horor. Baiklah. Hujan memang tidak sederas tadi tapi tetap saja ini masih deras. Dia tahu sahabatnya yang bermarga Shim ini begitu menggilai hujan. Tapi dia tidak akan mau jika harus pulang sambil berhujan – hujan. Yang benar saja. Dia bisa kena flu.

“Shirreo. Aku tidak mau sakit.”

Miyoung berdecak sebal. Membuka tas selempangnya lalu mengambil sebuah payung berwarna ungu muda. Mengangsurkannya ke arah Haneul.

“Ya~ Kenapa kau tidak menyerahkannya dari tadi sich?”

“Diamlah. Kajja kita pulang.”

Haneul membuka payung tersebut. Sedikit menggerutu karena sahabatnya itu membawa payung tetapi tidak juga diambil. Dan mereka harus menunggu selama beberapa saat untuk hal yang menurutnya tidak berguna.

“Ya~ kenapa kau hujan – hujan seperti itu Miyoung~a, kau bisa sakit?” teriak Haneul saat sang pemilik payung malah memilih berjalan di bawah kucuran air hujan tersebut.

“Aku ingin hujan – hujan. Mumpung Appa tidak ada di rumah.” Ucapnya dengan riang.

Haneul menggelengkan kepalanya. Benar – benar Shim Miyoung itu.

Miyoung begitu riang berjalan dibawah air hujan yang membuat tubuhnya basah kuyup. Tak mempedulikan tatapan heran orang – orang yang berpapasan dengan mereka.

Langkah Miyoung terhenti saat melihat satu sosok namja tengah berjongkok. Payung putih transparan yang dikenakannya sedikit menghalangi wajah namja itu. Tangan namja yang memakai mantel berwarna cokelat gelap itu terulur untuk mengelus kepala anak kucing yang berada di dalam kardus.

Seperti terhipnotis Miyoung meninggalkan Haneul yang tak menyadari sikap aneh Miyoung itu. Dan terus berjalan sambil sesekali berbicara seolah Miyoung masih di sampingnya.

Miyoung menghampiri namja dan anak kucing berwarna belang hitam putih itu.

“Annyeong.” Sapa Miyoung.

Namja itu mendongak. Dan mata mereka saling bertemu. Mata hitam bening bertemu mata kelam tajam. Sedikit terkejut menyadari keadaan Miyoung yang basah kuyub. Namja itu berdiri lalu membagi payung yang ternyata cukup besar itu.

“Kau basah kuyup.” Ucapnya pelan. Miyoung merasa aneh dengan perasaannya. Suara lembut namun dalam dari namja itu menggetarkan sesuatu dalam hatinya.

“Aku memang sengaja berhujan – hujanan.” Miyoung tersenyum kecil. “Apa ini kucingmu?” tunjuk Miyoung ke arah kardus tersebut.

Namja itu menoleh ke arah kucing tersebut. Miyoung bisa melihat tatapan lembut dan sayang dari namja tampan itu.

“Aniyo. Aku melihatnya ditaruh di sini. Aku ingin sekali membawanya. Sayang sekali aku tinggal di apartemen yang tidak memperbolehkan aku memiliki binatang peliharaan. Padahal aku ingin sekali merawatnya.” Ucap namja itu panjang lebar.

“Oh. Aku juga suka dengan kucing. Biar aku rawat saja. Othe?” Miyoung tersenyum manis ke arah namja itu.

“Jinja?” Mata namja itu berbinar. Namun, sesaat kemudian wajahnya berubah murung. “Tapi aku tetap tidak akan bisa melihatnya.” Mata namja itu sendu menatap ke arah sang anak kucing malang tersebut.

“Tenang saja. Kau boleh sering bertemu dengan anak kucing lucu ini.” Miyoung menggendong anak kucing itu dalam pelukannya. Membelai bulu lembutnya yang basah itu. “Oh ya namaku Miyoung. Shim Miyoung. Kau?”

“Aku Zhoumi.” Jawab namja itu.

“Zhoumi~ssi rumahku tidak jauh dari sini. Hanya 3 blok saja dari sini. Jika kau ingin melihat anak kucing ini kau bisa ke rumahku.”

Zhoumi tersenyum lembut.”Baiklah. Tetapi karena aku masih baru di sini bolehkah aku mengantarmu sampai rumah? Sehingga aku bisa mengetahui rumahmu.”

“Ne. Kajja.”

Dan mereka berdua berjalan menuju rumah Miyoung dengan anak kucing di pelukan Miyoung. Sementara tubuh mereka terlindung dari derasnya hujan karena payung transparan milik Zhoumi melindungi mereka.

 

“Ini pesanan anda Nona.” Ucap seorang pelayan membuyarkan lamunan yeoja itu tentang masa 3tahun lalu.

“Gomawoyo.” Ucap yeoja itu sambil tersenyum ke arah pelayan tersebut.

Memainkan jemari lentiknya di bibir cangkir yang masih terasa hangat oleh uap yang menguar dari coffe latte kegemarannya. Mata hitam beningnya melirik pergelangan tangan kirinya.

09.15

45 menit lebih awal dari waktu perjanjian mereka. Entah kenapa yeoja itu ingin datang lebih awal dari waktu perjanjian mereka. Ingin mengenang masa lalu disaat hujan turun mungkin.

Kembali memandang keluar jendela. Pandangannya menangkap sepasang sejoli yang bergandengan tangan di halte seberang tempat dia berada. Mereka nampak senang sekali. Sang yeoja nampak sesekali menengadahkan telapak tangannya menyambut aliran air hujan itu.

 

Miyoung menengadahkan telapak tangannya. Hujan sudah tidak sederas tadi. Namun dia masih enggan untuk beranjak dari tempatnya. Padahal biasanya yeoja itu akan langsung menerjang air hujan. Tidak peduli basah kuyub tubuhnya.

“Kau sakit?” Miyoung tidak menoleh untuk mengetahui siapa yang berucap kepadanya itu.

“Aniyo.” Jawab singkat Miyoung.

“Tetapi kau aneh.”

“Aneh mwoya?”

“Kau mengabaikan sesuatu yang kau cintai hari ini.”

Miyoung menatap Haneul bingung. Tidak mengerti apa yang diucapkan sahabatnya ini. “Mengabaikan yang kucintai? Nugu?”

Haneul mengerling ke arah depan Miyoung. Tetapi yeoja itu masih juga memasang wajah bingung karena tak mendapati siapapun. Itu membuat Haneul gemas.

“Kau mengabaikan Hujan. Padahal kau tidak akan pernah melewatkan tubuhmu basah oleh air hujan bukan?”

Miyoung tersenyum kecil. Dan kembali menatap guyuran hujan yang semakin lama semakin melambat.

“Aku merasa gugup.”

“Eh?” Haneul spontan menatap Miyoung.

“Ini bukan pertama kalinya aku akan bertemu dengannya. Tetapi kenapa hari ini aku merasa begitu gugup?”

Haneul mengangguk. “Maksudmu si Tuan tampan itu?”Miyoung mengangguk.

“Kenapa kau gugup?”

“Molla.”

Haneul tersenyum tipis. “Kau menyukainya.” Itu pernyataan bukan pertanyaan.

“Mwo?”

“Apa kau tak sadar? Beberapa waktu terakhir ini kau nampak semangat sekali bercerita tentang dirinya. Kau juga selalu senang saat dia mengajakmu bertemu. Apa itu namanya jika kau tidak menyukainya?”

Miyoung menunduk. Hingga rambut lurusnya jatuh menutupi wajahnya.

“Tetapi aku baru beberapa waktu lalu mengenalnya.” Gumamnya.

“Memang kenapa? Rasa suka itu tidak bisa diukur berapa lama kau bersamanya.” Ucap Haneul. Sedikit sendu. “Kau gugup karena kau menyukainya. Sudahlah. Jangan gugup. Cepat kau pergi menemuinya. Jika kau terlambat kesempatanmu untuk mendapatkannya akan pupus lho.”

“Aish.” Gerutu Miyoung. Namun tak urung dia tersenyum juga. Berlari di bawah guyuran hujan yang kini mulai deras kembali.

Entah dia suka atau tidak kepada namja itu. Dia tidak ingin pusing memikirkannya. Dia ingin bertemu dengan namja itu sekarang. Saat ini rasa gugupnya berubah menjadi rasa ingin segera bertemu.

OoOoO

“Mianhae aku terlambat.” Ucap Miyoung.

“Gwenchana.” Zhoumi tersenyum tipis. Mengangsurkan handuk yang selalu tersedia di tas punggungnya. Miyoung menerimanya dan mengusap rambut dan tubuhnya.

Zhoumi sudah hafal kebiasaan Miyoung yang selalu suka berhujan – hujanan meski dia membawa payung. Sungguh unik sekali yeoja itu. Dia bahkan tidak takut sakit.

Saat ditanya seperti itu dia akan menjawab kalau dia adalah yeoja yang kuat. Dan hujan mencintainya hingga tidak akan membiarkan dirinya sakit. Jawaban yang sungguh aneh.

“Ini minumlah biar hangat.”

Sekaleng kopi hangat di sodorkan Zhoumi.

“Gomawoyo.”

Zhoumi mengangguk.

“Oppa, aku sudah menemukan nama yang cocok untuk anak kucing itu. Ah kasihan sekali dia selama dua bulan ini hanya dipanggil push.” Ucap Miyoung setelah meneguk kopi hangatnya.

“Oh ya? Siapa namanya?”

“MiMi.”

“Eoh?”

Miyoung melebarkan senyumnya memperlihatkan deretan gigi rapinya. “Dari nama kita ZhouMi dan Miyoung. Othe?”

“Bagus juga.” Jawab Zhoumi.

“Kajja. Kau pasti ingin melihatnya khan?”

“Chakkaman.”

Miyoung menatap bingung Zhoumi. Apalagi saat namja itu meraih jemarinya. Menggenggamnya erat. Mata kelamnya menatap lekat Miyoung membuat detak jantung yeoja itu berdetak dengan cepat.

“Saranghaeyo.”Zhoumi berkata lembut namun tegas.

Mata Miyoung membelalak dan mulutnya membulat. Kaget dan tak percaya.

“Shim Miyoung, aku mencintaimu. Apa kau mau menjadi kekasihku?”

Beberapa saat Miyoung masih merasa ruhnya tak berada di tubuhnya. Melayang entah kemana. Dan namja itu masih tetap dalam posisisnya. Bahkan mengeratkan genggamannya.

“Miyoung~a….” suara itu menyadarkan Miyoung dari rasa shocknya.

“A…” gagap Miyoung. Dia mengedipkan matanya dengan cepat. Jantungnya pun berdegup kencang.

“Jadi? Apa kau mau menjadi kekasihku?”

“Aku… Aku…” miyoung mengalihkan tatapannya agar tidak menatap Zhoumi. Bingung harus menjawab apa. “Aku…. mau menjadi kekasihmu.” Jawabnya akhirnya.

Zhoumi menghembuskan nafas lega. “Gomawo.” Ucapnya sambil mengecup punggung tangan Miyoung. Membuat Miyoung malu. Namun juga senang.

 

Miyoung mengalihkan tatapannya kembali ke arah coffe lattenya yang mulai mendingin. Dia segera meraih pegangan cangkir dan membawanya mendekat ke mulutnya. Menyesap rasa pahit dan manis coffe latte tersebut.

Miyoung meletakkan cangkir coffe latte ke tempat semula. Kemudian kembali menatap air hujan yang ternyata semakin deras itu.

Meletakkan telunjuknya ke arah kaca yang berada di sebelahnya. Mengukir satu nama yang sampai sekarang masih lekat di dalam benak dan hatinya.

Zhoumi

Tetapi kisah cintanya itu tidak selalu berjalan manis. Seperti coffe latte yang dia sukai. Kisah cintanya pun pernah mengalami rasa pahit.

Oh jangan lupakan hujan yang entah kenapa bisa selalu menyertai setiap kisah antara dirinya dengan namja itu.

 

Sudah lebih dari 2tahun kisah cinta mereka. meski tidak selalu berjalan mulus namun hubungan mereka bisa terus bertahan hingga saat ini. Kisah – kisah manis mereka torehkan selama 2tahun itu.

Meski baik Miyoung maupun Zhoumi belum mengenalkan pasangannya kepada keluarganya karena mereka merasa masih muda untuk hal itu. Namun hubungan mereka benar – benar semakin dekat. Mereka hanya ingin menikmati hubungan yang membuat cinta di dalam hati semakin tumbuh subur.

Mereka tidak setiap hari bertemu. Tidak setiap hari saling menelephone. Tetapi mereka menjaga hubungan dengan baik. Sesekali Zhoumi akan datang ke rumah Miyoung untuk melihat MiMi, anak kucing yang mempertemukan Zhoumi dan Miyoung.

Atau terkadang mereka berjalan – jalan di taman atau sekedar di cafe langganan mereka.

Kesibukan Zhoumi yang seorang fotografer dan Miyoung yang sudah memasuki tahun akhir masa sekolahnya tentu membuat mereka jarang sekali menghabiskan waktu bersama. Tetapi mereka saling menjaga kepercayaan.

Hingga kemudian saat itu tiba. Saat dimana rasa cinta itu terasa pahit. Tidak lagi manis.

Hujan turun deras sejak sore. Miyoung tengah memandangi hujan dengan wajah cemas. Namun tak membuat wajah cantiknya berkurang. Riasan simple di wajahnya. Gaun ungu muda selutut dengan tali spagethi tersampir di pundak putihnya. Rambut lurusnya yang di kuncir kuda. Sepatu bertali hak tinggi berwarna hitam melingkari kaki jenjangnya menampakkan pesona dari seorang Shim Miyoung.

“Appa, hujannya deras sekali. Apa kau yakin kita harus berangkat?” Tanya Miyoung sambil mengalihkan wajahnya ke arah namja separuh baya yang memakai setelan jas resmi dan duduk santai di sofa itu.

Namja itu mendongak. “Tentu saja. Appa sudah susah payah membuat janji itu.”

Miyoung menghela nafas panjang. Ditatapnya orangtua satu – satunya yang ia miliki itu. namja yang bertahun – tahun hidup sendiri hanya bersamanya itu terlihat lelah.

Miyoung mendekat ke arah appanya. Memeluknya dari samping. “Appa, saranghae. Akan kulakukan apapun agar kau senang Appa.” Janji Miyoung. Mr. Shim terkekeh melihat tingkah putri tunggalnya.

“Appa juga mencintaimu Nak.” Ucap Mr. Shim membuat Miyoung makin mengeratkan pelukannya.

“Tuan besar, mobil sudah siap.” Ucap Yoon Ajhussi, sopir pribadi mr. Shim.

“Baiklah. Kajja kita berangkat.” Ucap Mr. Shim lalu bangkit diikuti oleh Miyoung yang langsung mengalengkan tangannya ke lengan sang Appa.

OoOoO

Miyoung dan mr. Shim memasuki sebuah restaurant yang cukup mewah. Wajah Miyoung terlihat tegang. Tangannya mencengkeram erat lengan Appanya.

“Appa, kau yakin mereka baik?”

“Tentu saja, Youngi. Mereka baik. Kurasa nanti kalian akan bisa langsung akrab.” Mr. Shim menepuk lengan Miyoung lembut.

Mereka berjalan menuju ruangan VIP yang sudah di booking oleh Mr. Shim untuk pertemuan hari ini. Seorang pelayan mengantarkan mereka. Membukakan pintu untuk mereka.

Jantung Miyoung berdegup kencang saat melihat seorang wanita yang usianya tidak jauh dari appanya dan seorang namja yang duduk membelakangi mereka.

“Kau sudah datang rupanya.” Sapa wanita tersebut.

“Ne. Maaf membuat kalian menunggu lama. Karena hujan yang begitu deras ini membuat kami terlambat.”

“Gwenchana.”

“Youngi, kenalkan ini Mrs. Lee. Calon eomma barumu dan ini putra tunggalnya. Calon kakakmu. Chae Yong ini putri tunggalku, Shim Miyoung.”

“Annyeong ajhumma, Shim Miyoung imnida.” Miyoung membungkuk hormat.

“Aigo, kau cantik sekali. Ah, Zhoumi~a kenapa kau tidak berbalik dan memperkenalkan dirimu eoh?”

Tubuh Miyoung menegang mendengar nama yang sangat akrab di telinganya disebut. Dia menatap penuh ingin tahu saat namja itu berbalik menampilkan sosok yang sangat dia kenali.

Baik Miyoung maupun namja itu saling menatap dengan raut ketegangan.

“Zhoumi~a sapa calon adikmu ne?”

“A.. Zhoumi imnida.” Sapa Zhoumi canggung.

“Shim Miyoung imnida.” Balas Miyoung.

Kecanggungan diantara mereka sepertinya tidak dirasakan dua orang lainnya. Mereka nampak akrab berbicara banyak hal. Sementara Miyoung yang duduk berhadapan dengan Zhoumi tengah mencoba menetralkan detak jantungnya.

Bagaimana ini?

Bagaimana bisa terjadi?

Zhoumi, namja yang 2tahun belakangan ini menemaninya. Namja yang dicintainya. Kekasih hatinya akan menjadi kakaknya? Apa yang harus dia lakukan?

Miyoung melirik ke arah Zhoumi. Namja itu nampak tenang. Dan tidak terlihat ekspresi apapun.

Mereka makan malam bersama dengan celotehan kedua orang tua mereka yang nampaknya memang saling mencintai itu.

OoOoO

“Biar Miyoung saya antar ajhussi. Sekalian lebih mengakrabkan diri dengan calon adik.” Ucap Zhoumi saat mereka akan pulang.

“Itu ide bagus sayang.” Ucap Mrs. Lee senang.

Mr. Shim juga tersenyum dan mengangguk. Mr. Shim dan Mrs. Lee meninggalkan mereka berdua di depan pintu restauran. Mereka masih menyunggingkan senyum manis kepada kedua orang tua mereka.

“Kita harus bicara Miyoung~a.” ucap Zhoumi.

“Ne.”

Mereka berdua menuju mobil Zhoumi. Rupanya hujan sudah mereda menyisakan rinai gerimis.

Mereka berdua berdiam diri di dalam mobil. Saat ini mereka berada di sungai Han. Tidak ada yang berbicara. Mereka masih asyik dalam kebisuan.

“Aku tidak menyangka bahwa Eomma akan menikah dengan appamu Miyoung~a.” Zhoumi memulai pembicaraan.

“Aku juga tidak menyangkanya.” Miyoung memejamkan matanya. Mencoba berharap ini hanya sekedar mimpi. “Lalu apa yang harus kita lakukan Oppa?”

“Molla.” Miyoung membuka matanya dan menatap Zhoumi yang tengah memijit keningnya. “Aku tidak tahu harus melakukan apa Miyoung~a. Aku mencintaimu. Sangat. Tetapi aku juga menyayangi eomma. Dia satu – satunya keluarga yang aku miliki. Sejak kecil dia merawatku sendirian. Membesarkanku tanpa seorang pendamping. Aku tentu sangat bahagia saat eomma bahagia. Dan kebahagiaannya kali ini karena kehadiran appamu. Aku tidak tahu harus bagaimana?”

Miyoung memegang lengan Zhoumi membuat namja itu menoleh.

“Aku juga merasakan hal yang sama denganmu. Aku juga sangat mencintaimu. Oppa, kita akan terus bersama khan?”

Zhoumi tidak menjawab. Dia mengelus rambut Miyoung lembut. Lalu mendekatkan wajahnya. Mengecup bibir Miyoung untuk sejenak. Sebelum akhirnya melumatnya. Menyalurkan rasa bingungnya dan rasa cintanya juga.

Miyoung mendorong dada Zhoumi pelan saat merasakan sesak karena membutuhkan oksigen. Miyoung menatap mata Zhoumi.

Cinta itu.

Dia tidak akan bisa memungkirinya. Zhoumi merasakan cinta yang dalam. Sama seperti yang dia rasakan.

“Kita akan terus bersama.” Ucap Zhoumi tegas.

Sebelum kembali mengecup bibir Miyoung.

Hujan kembali mengguyur dengan derasnya. Menjadi pengiring sepasang sejoli yang tengah merasa bimbang dengan nasib cinta mereka.

 

“Aku terlambat ania?” yeoja itu mengalihkan pandangannya ke asal suara. Melihat seorang namja duduk di depannya. Mata kelamnya menatap ke arah yeoja itu sambil tersenyum.

Yeoja tersebut melirik jam tangannya. 10.00. tepat waktu.

“Ani. Kau tepat waktu.”

“Kalau begitu kau datang terlalu cepat hm?” Namja itu melirik cangkir coffe latte yang sudah tinggal separo. Yeoja itu tersenyum.

“Ne. Aku memang sengaja datang duluan.”

Namja itu kembali tersenyum. “Aku sudah datang. Kau ingin kemana?”

Yeoja itu nampak berpikir sejenak.

“Aku sudah memesan makanan untuk makan siang kita nanti. Tetapi menunggu saat itu tentu sangat lama. Bagaimana jika kita jalan – jalan dulu di sekitar taman itu?” Tunjuk yeoja itu ke sebuah taman yang tidak jauh dari tempat mereka berada sekarang.

“Tapi sekarang hujan. Dan aku tidak membawa payung. Oh jangan bilang kau ingin berhujan – hujanan hm?”

Yeoja itu tersenyum jahil. “Ne. Aku ingin hujan – hujan. Aku bawa baju ganti kok.”

“Ania. Bagaimana denganku? Aku tidak membawa baju ganti.”

“Aku sudah menyiapkannya. Kajja.” Yeoja itu menarik tangan namja tersebut yang nampak pasrah.

Dan akhirnya mereka berdua berhujan – hujanan seperti anak kecil. Mengabaikan tatapan heran dan geli dari orang – orang yang melihatnya. Mereka tertawa riang sambil bergandengan tangan. Sesekali sang yeoja mencipratkan air hujan kea rah sang namja. Kemudian berlari meninggalkan namja yang Nampak kesal karenanya.

Namja tampan itu jelas tidak akan menerima hal tersebut begitu saja. Mengejar yeoja cantik itu yang telah lari sambil memekik.

Sungguh bahagia bukan? meski itu hanya hal kecil saja.

 

Hidup adalah sebuah pilihan

Jika kau sudah memilihnya maka kau harus menjalaninya

Menyesal itu tidak ada artinya

Lebih baik menghadapinya dengan ikhlas

Maka kau akan mendapatkan makna bahagia itu

 

 

Miyoung merapikan dirinya di depan cermin. Gaun putih gading yang membalut tubuhnya membuat dia Nampak begitu cantik.

Leher jenjangnya dihiasi sebuah kalung cantik pemberian Zhoumi sewaktu mereka merayakan hari jadi ke 2.

Anting – anting pemberian eomma mempercantik telinganya. Rambut lurus panjangnya disanggul longgar dengan beberapa untaian rambut lolos dari sanggulan tersebut.  Sekuntum bunga besar berwarna putih menghiasi sanggulnya. Sungguh cantik.

Apalagi makeup yang dipakainya tidak menor. Tipis namun hasilnya sungguh membuat semua orang akan mengaguminya. Cantik. Sempurna.

High heels yang dikenakan berwarna kuning gold. Serasi dengan gaunnya.

Penampilan yang sempurna eoh.

Ceklek

Pintu terbuka menampilkan sesosok yeoja cantik seumuran dengannya yang mengenakan gaun biru safir.

“Haneul~a, kau baru datang?” Miyoung berbalik dan mendapatkan senyuman jahil dari sahabatnya itu.

“Mianhae, aku terlambat.” Ucap Haneul.

“Gwenchana.” Ucap Miyoung, lalu kembali berbalik menatap ke cermin besar tersebut. “Apa aku sudah cantik Haneul~a?”

“Perfect.” Haneul memberikan dua jempolnya yang ditanggapi kekehan kecil dari Miyoung. “Tidak menyangka akhirnya hari ini datang juga. Kau bahagia Youngi? Dengan pilihanmu ini?”

“Sangat. Aku sangat bahagia Haneul~a.” Miyoung menatap wajah sahabatnya yang juga tengah menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan. “Ah, sudah saatnya keluar. Aku benar – benar cantik khan? Tidak ada yang salah dengan penampilanku khan?” Miyoung berputar dihadapan Haneul.

“Sudah aku bilang. Kau Nampak perfect. Sangat perfect. Kau berniat menyaingi calon pengantinnya ya?” goda Haneul membuat Miyoung kembali terkekeh lalu menarik tangan Haneul agar mengikutinya.

Mereka memasuki hall gereja yang akan digunakan sebagai tempat pemberkatan pernikahan. Miyoung melangkah mantap menuju seorang namja yang berdiri gelisah di altar di hadapan sang pendeta.

“Appa.” Sapa Miyoung.

Namja itu menoleh. Lalu menatap putrinya sambil tersenyum.

“Appa jangan gugup ne. Aku mencintaimu Appa.”

Namja itu tersenyum lebar. Lalu membuka lengannya mengisyaratkan pada Miyoung agar memeluknya. Menurut sang Ayah, Miyoung menghambur ke pelukan hangat orangtua satu – satunya itu. Sambil menggumamkan kata ‘aku mencintaimu’ berulang kali.

“Appa juga mencintaimu Youngi. Gomawo kau mengizinkan Appa untuk menikah lagi.”

Miyoung mengangguk. Lalu melepas pelukan ayahnya. Merapikan jasnya yang sedikit kusut.

“Pengantin wanitanya akan segera memasuki ruangan.” Suara itu terdengar menggema di dalam hall gereja.

“Appa, aku duduk ne. Jangan gugup.”

Miyoung segera duduk di bangku paling depan yang terletak di sebelah kiri. Bersama Haneul di sisinya. Yeoja itu duduk di sebelah namja tampan berjas hitam yang menyambutnya dengan senyum.

Begitu Miyoung duduk, tangan namja itu menyambut tangan Miyoung. Menggenggamnya erat yang dibalas oleh Miyoung.

“Ini yang terbaik untuk kita semua.” Ucap namja itu pelan.

Miyoung mengangguk. “Benar Oppa.” Jawabnya sambil memberikan senyum manisnya untuk namja disampingnya.

Miyoung dan namja itu, Zhoumi mengikuti prosesi pemberkatan pernikahan dengan tangan saling menggenggam.

“Dengan ini kunyatakan kalian sah sebagai suami istri.”

Ucapan sang pendeta itu menyatakan bahwa dua orang yang tengah berdiri di altar sah menjadi suami istri. Dan juga mengubah hubungan antara Miyoung dan Zhoumi dari kekasih menjadi adik.

Inilah keputusan mereka.

Karena mereka menyadari cinta tidak harus saling memiliki. Tetapi bukan berarti mereka tidak bisa bersama. Mereka masih bisa saling mencintai dengan cara yang berbeda. Cinta seorang kakak kepada adiknya. Cinta saudara. Cinta keluarga.

Mereka masih tetap bersama. Dan mereka juga melihat kebahagiaan dalam diri orang – orang yang mereka sayangi.

Inilah keputusan yang mereka ambil.

 

 

Dua orang tengah duduk berhadapan. Saling tersenyum bahagia. Baju yang mereka kenakan pun sudah berganti. Tentu saja. Sekarang waktunya makan siang. Dan mereka sudah menikmati makan siang mereka bersama 15 menit yang lalu.

Sekarang mereka tengah menikmati hidangan penutup sambil bercakap – cakap santai.

“Chukkae, kau akhirnya berhasil masuk Seoul University juga Miyoung~a.” ucap sang namja sambil tersenyum kecil.

Yeoja itu, Miyoung membalas senyuman tersebut.

“Itu berkat Oppa juga.” ucap Miyoung. “Oh ya Oppa, bagaimana pameran fotografinya? Mianhaeyo aku tidak datang.”

“Cukup berhasil. Gwenchanayo. Kau khan tengah ujian saat itu.”

Miyoung mengangguk. “Setelah dari sini kita ke toko hewan ya Oppa. Makanan MiMi habis.”

“Baiklah. Ah iya, ini.” namja itu mengangsurkan sebuah kotak kecil.

Miyoung mengambilnya dengan raut wajah bingung. “Apa ini?”

“Kado peringatan 3tahun pertemuan kita.” Miyoung tersenyum kecil.

Dia membukanya dan menemukan strap ponsel berbentuk kucing belang hitam putih.

“Oppa ini lucu sekali. Gomawoyo Zhoumi Oppa.”

Namja itu, Zhoumi tersenyum manis. “Kau suka?”

“Ne.” Angguk Miyoung, membuat Zhoumi puas.

“Kajja kita pulang. Aboeji dan Eomma hari ini pulang khan?”

Miyoung mengangguk. “Oppa. Saranghae.”

Zhoumi menatap wajah Miyoung lekat. “Na Do saranghae, Nae dongsaeng.”

Miyoung memeluk lengan kakaknya erat.

Benar.

Seperti inilah hubungan mereka. Cinta mereka tidak bisa terhapus begitu saja. Namun, mereka berniat untuk menjalani takdir mereka seperti ini.

Karena menurut mereka, jika mereka berjodoh apapun bisa terjadi bukan? Jadi biarkan saja untuk sekarang hubungan mereka adalah sebagai kakak dan adik.

Karena pada kenyataannya mereka cukup bahagia dengan pilihan mereka sekarang. Mereka tidak perlu merasa sedih karena mereka bisa terus bersama dan menyalurkan rasa cinta.

Dan hujan kembali turun deras mengiringi kisah mereka kali ini.

 

The End

 

Maaf endingnya gaje bangeeeet.

 


 

 

15 thoughts on “Story In The Rain

  1. Inung berkata:

    Keren eon,mimi ma youngi bisa nrima takdir mrka,tp entah knp q nyesek bca’a wkt mreka yng pcran trz jd kakak adik,,,pk0k’a keren dech ff’a. .
    Yeay Q jd yng pertma c0ment XD

  2. meymochi berkata:

    kerennnnn, tpi kenapa mimi sama miyoung.a harus jd adik kaka, kirain mereka bkln nikah hehe

  3. naheewon berkata:

    Aigooo..ni mimi ma miyoung jd kakak beradik?
    Umpa nya blum tau ya..trz gmna…waa..
    Aq suka prtmuan mimi ma miyoung..n mimi yg jd pnyatu.y…so sweet..^^

  4. Yokyuwon berkata:

    ;AAAA;

    tumben pasangan kesayanganku cma jd kaka ade doang…

    biasanyakan ni couple yg plg sensasional,

    aigoo..sedihnyoo,tp plg tdk mrk sllu bersama kan..

  5. NtaKyung&NtieKyu berkata:

    Nta mo ikut comment ah d sni juga… Kekekekeke

    Aihh..
    Awal prtemuan mreka lgi ujan + ada kucing, *ingetffsndiri*
    *trussnyum2sndiri* LoL XDD

    Kalo menurut nta endingnya seru koq, Brbeda dri biasanya..
    Jdi gk jenuh ama yg bacanya neh… Hehehehe

    • mrs. kim heechul berkata:

      Ng… sebenarny sich ini ambil ehem dari cerita nta sendiri lhoh.. Nta yang suka ujan… n Nta yang punya kucing.. jadilah ini.. yah.. dan sekali lagi saia selalu merasa suka hal yang lain tentang dua pasangan yang cukup saia favoritkan ini lho.. kekekekekekke

  6. cha_fflovers berkata:

    omo!!
    sweetnya onnie..
    suka bgd..
    aq kira bkal happy end dg mimi ma miyoung nikah trnyata mreka jd kakak adik..
    bnr2 pmikiran dewasa..
    aplagi tiap2 moment mreka slalu d tngah hujan..
    wow!
    mengesankan..

  7. Adira berkata:

    Great story sista..keep writing

Tinggalkan komentar