Dracula Epilog A

Tittle : Dracula Epilog

Author : Frey (dibantu NTa, Nana, Hyochan, Aulia n Nova)

Lenght : –

Cast : Liat aja di Bawah

Rated : General – NC17 (?)

Warning : Gaje, aneh, typo.

Summary : Mereka makhluk kegelapan yang mengincarmu, para manusia *summary macam apa ini coba?*

Diclaimer : Cast Punya Tuhan, tetapi Fic ini asli punyaku. terinspirasi dari FFnya Nta…

Mohon maaf updatenya telat. ada beberapa kendala, termasuk mood saya kemarin jelek banget. Mungkin sama seperti part sebelumnya, part ini gaga total dan hancur. tetapi tetap butuh RCL, kritik atau saran ya..

Yang baca n ga ninggalin jejak ya gpp makasih aja dah mau baca ff gaje saya. yang bca n ninggalin jejak saya doakan semoga ketemu bias masing2.. kekekekek

 

 

Oke Happy Reading ^^V

 

 

 

Takdir itu tidak ada yang tahu.

Apa yang akan terjadi

Apa yang akan dialami

Namun, di setiap musibah akan terselip satu makna

Dimana kelak kebahagiaan akan kita raih

Meski tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan

Karena Tuhan tahu apa yang terbaik bagi umat-Nya…

 

===========’’============

 

Langit musim panas di kota Seoul nampak cerah. Malam yang indah dengan taburan bintang menemani keindahan sang Ratu Malam yang bersinar sempurna membuat seorang yeoja yang tengah berada di pelataran parkir Seoul University menatapnya dengan terpukau.

Dia, Park Seungwon. Alumni Seoul University. Meski alumni dia sering bermain ke universitas ini. hanya sekedar bertemu Eonnienya. Karena itu dia akan datang saat malam menjelang. Karena eonnie Seungwon yang tidak lain adalah Shin Raena mengajar saat malam hari.

“Malam ini indah sekali. kenapa aku merasa malam ini lain dari malam – malam sebelumnya?” gumam Seungwon.

Menatap ke arah bulan purnama penuh yang seakan – akan tengah tersenyum, dan entah kenapa ingatannya kembali ke masa lalu, masa saat dia bertemu pertama kali dengan namja itu.

Seungwon membuka risleting tasnya, mengambil seuntai kalung berwarna hitam. Merabanya dengan lembut.

“Bogoshippo.” Lanjutnya lagi. mendekap kalung tersebut ke dalam dadanya. Membiarkan pikirannya kembali ke masa – masa itu. membiarkan otaknya merangkai wajah namja itu.

Selama ini dia mati – matian menahan diri untuk tidak mengingatnya. Dia tidak ingin merasa sakit. Tetapi, ternyata saat dia berhasil merangkai wajah sempurna itu tidak ada rasa sakit di hatinya. Tetapi sebuah kebahagiaan kecil yang dia rasakan.

Seungwon membuka kelopak matanya, saat entah kenapa dia merasa ingin ke gereja kampus. Tempat pertama mereka bertemu.

Merapikan tubuhnya sejenak, memasukkan kalung tersebut ke dalam saku bajunya dan kemudian melangkah meninggalkan area di mana tadi dia berada.

Gereja itu masih tetap sama. gelap. Dan sunyi. Tentu saja. ini malam hari.

Tetapi, tidak ada ketakutan dalam hidupnya. Untuk apa dia takut? Dia pernah bersama dengan ‘sesuatu’ yang mengancam jiwanya. Toh sampai sekarang dia baik – baik saja.

Dengan gerakan perlahan, Seungwon membuka pintu gereja yang tertutup rapat. Menyipitkan matanya sejenak untuk menyesuaikan dengan kegelapan yang hanya diterangi seberkas sinar dari bulan purnama itu.

Tuk tuk tuk

Gema sepatu beradu dengan lantai terdengar nyaring di kesunyian itu. berjalan menuju altar yang entah kenapa terasa  memanggilnya.

Seungwon berhenti beberapa langkah dari altar tersebut. Menatap lurus ke depan. Samar – samar, Seungwon melihat satu gerakan dalam kegelapan tersebut. Memicingkan matanya untuk bisa melihat dengan lebih jelas.

“Omo…” pekiknya tertahan saat akhirnya retina matanya mampu menangkap jelas bayangan – bayangan dalam kegelapan.

“Hai Park Seungwon.” sapa satu suara yang sangat Seungwon hafal.

Seungwon menjatuhkan tasnya dan langsung berlari menerjang seseorang di hadapannya. Mengalungkan kedua lengannya ke pinggang orang tersebut. Terisak dalam dada yang terasa hangat itu.

“Aku tidak sedang bermimpi khan?” bisiknya lirih. Seungwon mengeratkan pelukannya saat tidak mendapatkan jawaban. Dia takut ini hanya halusinasinya.

“Kau tidak sedang bermimpi. Aku kembali sayang.” Bisik namja berambut blonde yang dia kenal bernama Park Jungsoo tersebut.

Seungwon meregangkan tangannya. Mengusap air mata yang menutupi pandangannya.

“Aku pulang.” Kembali berbisik lirih. Menyunggingkan senyum manisnya. Mata beriris cokelat itu menatap lekat wajah Seungwon.

“Selamat datang.” Bisik Seungwon. Jungsoo menarik pinggang Seungwon, kemudian menyatukan bibir mereka berdua. Dalam lumatan panjang penuh rasa cinta dan kerinduan yang terpendam.

 

==================è DRACULA ç=========================

Hyunra melempar tas selempangnya di kamar mungilnya. Tak lama kemudian dia membanting tubuhnya sendiri ke atas ranjang. Memejamkan mata dan menikmati hentakan music yang keluar dari earphone yang dia pakai menutupi kedua telinganya.

Yeoja cantik itu terlihat lelah. Tentu saja. Semenjak dia hidup sendirian – setelah dia kehilangan orang yang dia cintai – Hyunra mulai bekerja paruh waktu untuk melanjutkan hidupnya. Dan malam hari dia pergi kuliah. Untung dia termasuk mahasiswi berprestasi hingga mendapatkan beasiswa.

Junghwan, kakak satu – satunya Hyunra saat ini dirawat di rumah sakit jiwa.  Setelah kejadian pertarungan antara Vampire dan Drakula beberapa tahun lalu, nasib kakaknya terungkap. Dia menjadi tawanan para Vampire. Pikirannya di cuci otak, namun rasa sayangnya terhadap sang adik membuat Junghwan tak sepenuhnya menjadi budak vampire.

Berkali – kali Junghwan mencoba lari, namun jelas saja hal itu gagal. Dan akhirnya dia disekap di penjara bawah tanah. Dia diketemukan dalam keadaan gila.

“Oppa, kapan kau sembuh? Aku tidak ingin sendirian lagi Oppa, mianhae…” bisik Hyunra lirih. Dari sudut matanya yang terpejam, mengalir air mata.

Hyunra merasa cukup bersalah karena kakaknya harus mengalami hal itu. Namun, dia tidak bisa menyalahkan siapa – siapa. Karena itu takdirnya.

Hyunra meraba lehernya, tersemat sebuah kalung hitam yang selalu dia kenakan.

“Yesung~a, boghosippo…” bisik Hyunra. Tak juga membuka matanya.

“Nado Hyunra~a.” mata Hyunra reflek terbuka mendengar suara yang cukup dia rindukan tersebut seolah berbisik di telinganya.

Hyunra bangkit dari baringannya, menatap nanar ke sekelilingnya.

Sunyi.

Hanya dia sendiri.

Di sudut kamarnya terdapat akuarium kecil yang berisi sesosok kura – kura bernama ddangkoma. Hyunra menyeret langkahnya menuju ke akuarium tersebut. Duduk di sebuah kursi, dan mulai memberi makan kura – kura penginggalan Yesung.

“Ddangkoma, sepertinya aku terlalu merindukannya, hingga merasa mendengar suaranya. Akhir – akhir ini Aku jadi sering berhalusinasi.” Hyunra berbicara kepada hewan yang berjalan dengan sangat lambat itu.

Mata ddangkoma berkedip – kedip lucu seperti mengerti apa yang dibicarakan Hyunra.

“Ddangkoma, apa yang harus aku lakukan? Aku tidak sanggup lagi sendirian.” Yeoja tegar itu mulai meneteskan air matanya. Kepalanya tertunduk lesu.

Saat dia sendirian, maka hanya rasa sesak yang dia rasakan. Dia begitu merindukan sosok Yesung.

Sentuhan di pundaknya membuat tubuh Hyunra menegang. Isakannya terhenti. Pikirannya kacau.

Siapa yang telah memeluknya? Siapa yang sudah memasuki apartemennya. Seingatnya, dia sudah mengunci pintu.

Keringat dingin muncul dipelipisnya. Dia takut. Sangat takut.

“Jagiya, uljima… berhentilah menangis.”

Hyunra terkekeh kecil saat mendengar bisikan yang sangat dekat di telinganya. “Aku berhalusinasi.” Menggeleng pelan untuk mengusir – yang menurutnya – halusinasi. “Sepertinya aku membutuhkan jasa psikiater.” Gumamnya.

Hyunra melupakan rasa takutnya. Dia bahkan lupa ada seseorang yang tengah memeluknya dari belakang. Terlalu tenggelam dengan pikiran tentang Yesung.

Tubuh Hyunra berputar pelan, dan rasa takut itu kembali menderanya.

Mata sipit Hyunra membelalak saat menangkap objek dalam pandangannya.

“Kau tidak perlu menggunakan jasa psikiater. Kau juga tidak berhalusinasi. Ini aku Jagiya. Yesung.”

Bibir Hyunra bergetar. Dia ingin mengatakan sesuatu, namun bibirnya terasa kelu.

“Kau tidak senang aku kembali?”

“Ba – bagaimana bisa?” lirih Hyunra.

Yesung tersenyum. Tanpa mengatakan apa – apa lagi, Yesung memeluk erat tubuh Hyunra. “Bogoshippoyo…kau tidak perlu menangis lagi. kau tidak akan kesepian. Karena aku akan selalu bersamamu.”

Tangis Hyunra tidak lagi bisa dibendung. Pecah bersama dengan remasan tangan Hyunra dipunggung Yesung.  Namja drakula itu hanya menepuk punggung Hyunra lembut, membiarkan kekasihnya menumpahkan rasa yang tertahan.

 

==================è DRACULA ç=========================

 

Srek srek srek

Bunyi lembaran buku yang terbuka terdengar di kesunyian tersebut. Perpustakaan selalu menjadi tempat yang sunyi bukan? dan akan selalu ada orang yang menyukai kesunyian tersebut.

Salah satunya, yeoja cantik berkacamata ini. yang sejak beberapa jam lalu berada di perpustakaan. Tak mempedulikan malam yang semakin larut. Tak mempedulikan rasa lelah yang melanda tubuhnya setelah seharian dia bekerja di rumah sakit yang cukup ternama tersebut.

Pikirannya tengah berkecamuk. Dan satu – satunya jalan untuk menenangkan pikirannya adalah dengan membawanya dalam kesunyian di perpustakaan ini.

Yeoja yang memiliki nama lengkap Shim Miyoung tersebut mengacuhkan sekitar yang entah sudah berapa kali berganti pengunjung. Dia terlalu larut dalam bacaannya.

Sebuah buku yang sangat tebal, dengan ejaan kuno. Buku yang pasti akan di hindari sebagian besar orang kecuali dia benar – benar kutu buku, atau mereka yang tertarik dengan masa lalu.

“Miyoung~ssi.” Sebuah suara menginterupsi kegiatan sang yeoja. Miyoung mendongak dan mendapati wajah manis sang penjaga perpustakaan.

“Ne?”

“Minumlah. Udara saat ini cukup dingin.” Penjaga perpustakaan tersebut menyodorkan sekaleng coffe hangat.

“Gomapta.” Ucap Miyoung. Penjaga perpustakaan itu hanya mengangguk, kemudian meninggalkan Miyoung.

Yeoja itu menghela nafas panjang saat dia melihat beberapa botol kaleng coffe dan beberapa bungkus roti yang telah kosong.

Melirik jam tangan yang ada dipergelangan tangan kirinya. Meregangkan ototnya ke kanan dan kekiri. Sebelum akhirnya membuka tutup kaleng coffe yang diberikan sang penjaga perpustakaan. Menyesapnya dengan perlahan.

Mata indahnya yang tertutupi kaca mata minus itu mengedar menatap perpustakaan yang ternyata tinggal beberapa orang pengunjung saja. Mereka adalah para mahasiswi kelas malam Seoul University.

Miyoung kembali menikmati coffe hangat tersebut. Berniat pulang setelah menghabiskan minumannya.

Sedari tadi Changmin sudah mengiriminya pesan untuk segera pulang. Namun diabaikan. Entah kenapa mala mini dia ingin lebih lama di sini. Meski dia sudah lulus dari Seoul University, namun dia memang senang datang ke perpustakaan ini.

Dulu, kami bertemu pertama kali adalah di sini. Dan sekarang aku berharap, dia akan datang menghamipirku di sini.

Miyoung buru – buru menghentikan pikirannya yang mulai melantur. Yeoja itu mencoba untuk berpikir realities. Para siluman itu sudah musnah. Bahkan namja itu meninggal di depan matanya, jadi mana mungkin dia akan datang mala mini bukan?

Miyoung menarik nafas panjang, meletakkan kaleng coffe yang telah berkurang separo. Mulai mengemasi barang – barangnya. Mata kelamnya menangkap satu benda yang berada di tas miliknya.

Miyoung mengambil benda tersebut.  Sebuah kalung perak dengan bandul unik. Merabanya lembut hingga setetes air mata jatuh menimpa benda terssebut. Miyoung buru – buru menghapus air matanya agar tidak ada yang menyadari hal tersebut.

Drrrt drrrrt drrrrt

Getaran ponselnya yang ia letakkan di atas meja mengalihkan perhatiannya. Miyoung meletakkan kalung tersebut ke tempat semula. Kemudian dia meraih ponselnya.

Shim changmin calling~

“Yeobuseyo…” sapanya dengan suara yang terdengar serak.

‘Noona, eoddiesso?’ tanya Changmin to the point.

“Aku ada di Perpustakaan Seoul University. Wae geure?”

‘Bisakah kau pulang sekarang? ada orang yang mencarimu.’

Miyoung melirik jam tangannya. Siapa yang mencarinya malam – malam seperti ini?

“Siapa Changmin~a?”

‘Kau pulanglah. Aku yakin kau akan suka.’

Klik

Miyoung mengerutkan keningnya saat mendapati adik – nya tersebut memutuskan sambungan telephone mereka.

Sambil berdecak kesal, Miyoung memilih untuk kembali merapikan dirinya. Bersiap pulang.

30 menit kemudian, yeoja cantik itu memasuki rumah keluarga Shim. Semenjak kejadian beberapa tahun lalu, Changmin bersikeras agar Miyoung tinggal dengannya di rumah keluarga mereka. Bersama Amber yang memang sudah tidak memiliki keluarga tersebut.

Atas desakan saudara satu – satunya dan juga perintah kedua orang tuanya, Miyoung memang tinggal di rumah tersebut.

“Aku pulang….” serunya.  “Eh? Kemana Changmin? Tadi dia menyuruhku untuk cepat pulang, tapi kenapa dia tidak ada?” gumam Miyoung.

Mengacuhkan keganjilan yang ada, yeoja itu segera menuju kamarnya.

Ceklek

Membuka pintu kamar dan kemudian menutupnya. Meraba saklar lampu untuk menyalahkan lampu agar kamarnya yang gelap menjadi terang.

“Omo.” Pekik Miyoung saat dia berbalik.

Di sana, di atas ranjangnya, duduk dengan santai namja  berambut merah menatapnya. Seringaian terukir jelas di bibir seksinya.

“Apa kabar Shim Miyoung~ssi?” sapa namja itu.

Miyoung membeku di tempat. Tubuhnya terasa kaku. Sukar untuk digerakkan. Otaknya masih mencerna apa yang tengah terjadi. Sementara hatinya sibuk berdebat.

Apa yang terjadi? Bukankah dia sudah mati di medan pertempuran? Bagaimana dia bisa ada di sini?

“Tak ingin menyambutku hm?” suara itu menyentakkan Miyoung dari lamunannya. Seketika yeoja itu menjatuhkan tasnya dan menghambur menuju ke arah namja yang masih duduk di atas ranjangnya.

“Zhoumi~a, kau kembali…” gumamnya. Memeluk erat tubuh Zhoumi.

Hangat.

Dan nyaman.

Zhoumi terkekeh kecil. Namun dia tidak mengatakan apapun. Hanya membelai lembut rambut Miyoung.

Sementara di luar kamar Miyoung, nampak Changmin dan Amber yang tengah tersenyum kecil. Mereka senang, karena akhirnya namja drakula itu kembali.

Tidak ingin bertanya bagaimana proses namja itu bisa kembali sedangkan saat itu mereka jelas melihat namja itu mati di tangan vampire tersebut.

Bagi mereka, yang terpenting adalah namja itu ada di sini. dan Miyoung akan kembali tersenyum. Seperti itu juga cukup.

 

==================è DRACULA ç=========================

 

“Kau yakin akan tetap melanjutkan pernikahanmu dengan dia Dongrim~a?”

Dongrim menghentikan kegiatannya saat mendengar ucapan yang keluar dari bibir Raena. Namun, yeoja cantik itu tidak berbalik. Sesaat kemudian dia kembali melanjutkan kegiatannya membereskan undangan yang berserakan di atas ranjangnya.

Raena yang merasa diacuhkan mengambil satu undangan berwarna gading dengan aksen ungu di keempat sudutnya dan ukiran bunga teratai. Undangan yang unik sepertinya.

Terpampang jelas nama Park Dongrim dan  Jo Hyunjae. Dan tanggal pernikahan mereka yang akan dilakukan satu minggu lagi.

Raena menatap sedih ke arah Dongrim. Dia tahu yeoja itu sebenarnya ingin menolak, namun orang tuanya tidak ingin mendengar penolakan tersebut.

Terlebih, mereka – Dongrim dan Hyunjae – dulunya memang sepasang kekasih sebelum Dongrim bertemu dengan Lee Sungmin tersebut.

“Kau bisa menolaknya bukan?” tanya Raena lagi. kali ini lebih lembut.

Dongrim memutar tubuhnya dan menghadap Raena. “Seandainya bisa Eonnie.” desah Dongrim.

“Kau bisa bicara kepada kedua orang tuamu.”

“Aku sudah mengatakannya. Aku bahkan sudah mengatakan bahwa aku mencintai orang lain. namun, aboeji tetap saja memaksaku menikah dengan Hyunjae. Aku tidak bisa menolak aboeji eonnie.”

Raena terdiam sejenak. “Tidak berharap akan ada keajaiban Dongrim~a?”

Dongrim menatap bola mata hitam Raena sejenak. Ada seberkas harapan di sana.

“Jika aku bisa meminta satu saja keajaiban… aku ingin Sungmin kembali ke sisiku. Dan menggagalkan pernikahanku seminggu lagi.” ucap Dongrim miris.

Raena memejamkan matanya sejenak. Dan saat membuka matanya, dia menyunggingkan senyum aneh.

“Kau harus mempercayainya. Baiklah, aku harus segera pulang. Aku takut Yunho Oppa akan mencariku. Si kembar juga sudah waktunya pulang. Galke.”

“Josimhae Eonnie.”

Dongrim melangkah menuju ke meja kerjanya setelah mengantarkan Raena keluar dari apartemennya. Mengambil satu kotak berwarna merah pekat. Membukanya, memperlihatkan sebuah kalung hitam. Mengambilnya, kemudian memakai kalung tersebut.

“Aku sangat ingin percaya Sungmin~a, tapi sesuatu yang sudah mati tidak mungkin hidup kembali bukan? Meski aku menikah dengan orang lain, hatiku ini tetaplah milikmu. Kau harus percaya itu Sungmin~a. seumur hidupku, hati dan cintaku hanya akan kuberikan untukmu.” Gumam Dongrim.

Dia terlalu larut dalam lamunan, hingga tidak memperhatikan gerakan di tirai jendelanya. Tidak ada angin yang berhembus, namun tirai tersebut bergerak – gerak lembut.

Hari ini, Dongrim nampak cantik dengan gaun putih panjang membalut tubuh rampingnya. Dia berdiri di depan sebuah cermin di ruang ganti. Gaun bergaya klasik itu terlihat mempesona saat dia pakai. Kerudung dengan cadar tipis membingkai kepala Dongrim.

Buket bunga mawar putih dia pegang dengan kedua tangan yang terbalut sarung tangan putih berenda. Dia memang nampak mempesona, namun matanya tidak bisa berbohong. Yeoja itu tidak ingin pernikahan ini terjadi.

“Kau sudah siap Dongrim~a?” tanya seorang wanita. Sepertinya dia adalah salah seorang dari Wedding Organizer yang disewa oleh keluarganya.

“Ne.” Ucap Dongrim singkat.

Yeoja itu mendekati Dongrim. Merapihkan riasan Dongrim dan menurunkan cadar tipis tersebut menutupi wajah cantik Dongrim.

Menuntunnya keluar dari ruang ganti menuju ke Mr. Park yang sudah menunggu Dongrim. Mr. Park mengulurkan lengannya yang segera disambut oleh Dongrim. Yeoja cantik itu menatap wajah aboeji – nya yang nampak bahagia.

Haruskah ia melakukannya?

Denting piano yang mengiringi langkah mempelai wanita berhenti, saat Dongrim sampai di depan altar. Berdiri di sebelah Hyunjae, calon suaminya.

Saat berjalan menuju altar, dia melihat sekilas sahabat – sahabatnya – semenjak beberapa tahun lalu – berdiri di kursi jemaat. Memberikan senyum mereka untuk menyemangati dirinya.

Meski begitu, dalam hati Dongrim berteriak memanggil nama Sungmin.

Pendeta membacakan beberapa ayat suci tentang pernikahan sebelum memulai pengambilan sumpah pernikahan.

“Baiklah, sebelum saya mulai mengambil sumpah terhadap kedua mempelai ini, adakah yang merasa keberatan. Jika iya. silahkan ucapkan sekarang atau diam untuk selamanya.” Ucap sang pendeta tegas.

Sunyi.

“Baiklah, seper…..”

“Tunggu.” sebuah suara menghentakkan Dongrim. Suara yang samar – samar dia ingat. Namun, itu tidak mungkin suara ‘dia’ yang sudah mati bukan?

“Maafkan aku pendeta sudah mengganggu acara pernikahan ini. tetapi, aku tidak bisa membiarkan ada orang lain mengambil milikku.”

Jantung Dongrim berdegup kencang. Meski suara riuh terdengar jelas karena adanya ‘pengganggu’ ini. namun, suara orang itu terngiang terus di telinganya. Namun, dongrim terlalu takut untuk berbalik. Takut bahwa dia hanya berhalusinasi saja. itu sebabnya dia memilih tetap di tempat, menunduk dan memejamkan matanya.

“Siapa kau?” tanya pendeta.

“Namaku Lee Sungmin. Dan Park Dongrim adalah milikku.”

Dongrim refleks menoleh dan matanya melebar mendapati sosok itu berdiri di hadapannya. Terlihat sangat nyata. Dengan wajah imut namun pandangannya menusuk.

Dongrim tidak tahu apa yang dipikirkannya. Tubuhnya bergerak begitu saja. berlari menghampiri namja manis tersebut. Meraih tubuh namja itu agar dia bisa memeluknya.

“Kau kembali. Kau kembali. Kau kembali.” Racau Dongrim. Air mata menetes membasahi wajahnya. Namun dia tidak peduli.

“Aku pasti kembali. Aku tidak akan membiarkan milikku diambil orang.”

Dongrim memeluk tubuh Sungmin semakin erat.

Sungminnya kembali. Dan ini nyata. Tidak lagi sekedar mimpi.

“Dongrim~a.” suara Mr. Park membuat tubuh Dongrim menegang. Dia segera melepas pelukan Sungmin dan berbalik.

Mendapati wajah memerah Aboeji dan wajah sedih eommoni. Dia juga bisa melihat raut wajah kecewa pada sosok Jo Hyunjae dan kedua orangtuanya.

Dongrim berlutut ke arah orang tuanya.

“Aboeji, eommoni.. mianhamnida. Maafkan putrimu yang durhaka ini. tetapi, aku tidak bisa meneruskan pernikahan ini. hatiku.. cintaku.. hanya untuk namja ini seorang. Izinkan aku. Restui aku untuk menikahi namja ini.”

Mr. Dan Mrs. Park hanya bisa saling memandang.

Mr. Park jelas terluka dan marah. Namun, dongrim adalah putri tunggalnya. Kebahagiaannya jauh lebih penting.

“Kau… kami merestuimu asalkan kau berjanji untuk terus bahagia.” Ucap Mr. Park akhirnya setelah terdiam cukup lama. mrs. Park segera menghampiri Dongrim. Membantu putrinya bangkit.

“Aboeji, Eommoni.. gomawo. Jeongmal gomawo.” Isak Dongrim sambil memeluk kedua orang tuanya.

Keluarga Jo yang merasa dipermalukan, tanpa bicara apapun segera meninggalkan gereja tersebut.

“Joesongsamnida tuan, nyonya. Saya belum bisa menikahi Dongrim sekarang. saya harus menemukan saudara saya. Tetapi saya berjanji akan selalu membahagiakan Dongrim.” Ucap Sungmin pelan.

Dongrim menatap Sungmin takjub.

Kemana namja kejam ini? kenapa dia terlihat begitu lembut dan ……. dewasa?

“Kapan kau akan menikahi Dongrim?”

“Secepatnya setelah saya menemukan saudara – saudara saya.” Ucap Sungmin mantap. Dongrim yang mendengarnya segera menghampiri Sungmin dan memeluknya. Bahagia.

 

==================è DRACULA ç=========================

 

Dongrim mengeratkan pelukannya pada diri Sungmin. Dia merasa takut, kekasihnya ini akan kembali menghilang. Kekanak  – kanakan sekali mengingat usianya yang sudah sangat dewasa.

Namun, sepertinya semua memaklumi.

Saat ini mereka berdua berada di rumah keluarga Shim. Dengan semua sahabat Dongrim dan saudara Sungmin yang kebetulan mereka bertemu di sana. Jungsoo, Zhoumi dan Yesung.

Sebuah keajaiban yang sungguh tidak mereka sangka.

Sama seperti Dongrim, Seungwon, Hyunra dan Miyoung juga terlihat begitu posesif denganberada di dekat kekasih mereka masing – masing.

“Aku tidak menyangka kalian benar – benar….” suara Yunho yang menggantung membuat semua orang kembali dari lamunan masing – masing.

“Kami mendapatkan keajaiban dari cinta tulus kalian.” ucap Jungsoo lembut sambil mengelus rambut Seungwon. Yeoja – nya pun hanya tersenyum kecil.

“Lalu apakah semuanya kembali?” tanya Yongrim. Penuh harap.

“Molla.” Jawab singkat Yesung.

“Waeyo?” minyoung kali ini yang bertanya.

“Karena tidak mudah untuk bisa mendapatkan keajaiban ini. kami tidak musnah berkat cinta tulus kalian, tapi kita harus memilih apakah kita ingin hidup kembali dengan catatan kita menjadi manusia biasa. Tidak lagi memiliki keabadian, kehilangan kekuatan. Atau memilih untuk tetap mempertahankan hal tersebut dan hidup di dunia lain.” jelas Jungsoo.

“Apakah maksud kalian, ada yang memilih untuk hidup di dunia lain?” tanya Eunhee. Dia memangku  Eunki yang nampak bergerak – gerak gelisah.

Anggukan Zhoumi membuat beberapa orang diantara mereka membeku.

“Mereka memilih hal tersebut karena mereka tidak yakin akan bisa bertahan dengan kalian selamanya. Kalian tahu, perasaan manusia itu labil. Saat ini dia begitu memuja, tapi lain waktu dia bisa sangat membenci. Tidak ada yang abadi dalam diri manusia.” Sungmin berucap santai.

“Jika seperti itu, maka takdir kalian telah selesai.” Tambah Yesung pelan.

Kesunyian melanda ruangan tersebut. Semuanya kembali berkecamuk dalam pikiran mereka masing – masing.

 

==================è DRACULA ç=========================

 

_Someone POV_

Dia…

Aku melihat wajahnya di tempat ini. senyumnya. Tawanya. Tangisnya. Tatapan matanya. Semua yang ada didirinya begitu jelas terlihat di sini.

Aku tidak bisa melupakannya.

Ada rindu menyesak dalam dadaku.

Tapi rasa sakit itu juga terasa dengan jelas.

Entah kenapa? aku merasa ingin melihatnya. Tapi aku juga tidak ingin bertemu dengannya. Dia seperti seseorang yang memberiku nafas namun nafas yang dia berikan begitu menyiksaku. Meski begitu aku tidak bisa bila tidak ada nafas darinya. Perlahan akupun akan mati tanpa nafas tersebut.

Aku melangkah menyusuri tempat ini. tempat yang tidak kukenal. Namun, hanya tempat ini yang aku ketahui saat aku membuka mataku setelah tertidur begitu lama.

Tempat ini sejuk. Meski matahari bersinar dengan sangat terik, namun aku tidak merasa sangat panas. Aku juga tidak merasa kedinginan, meski tanah yang aku pijak bersalju. Lebih aneh lagi meski bersalju namun tumbuhan baik pohon maupun bunga tumbuh dengan baik.

Pohon – pohonnya tumbuh subur dengan daun – daun berwarna merah kecoklatan khas musim gugur di bumi. Bunga – bunga beraneka warna bermekaran dengan indahnya. Harum semerbaknya melingkupi diriku.

Aneh sekali, di sini aku bisa merasakan empat musim dalam satu kali waktu.

Namun, aku tidak bisa bertanya dimana aku berada? Tempat ini sungguh sunyi. Manusia hanya diriku. Tidak ada yang lain.

Saat aku memandang ke langit, selain ada matahari bersinar terik itu aku melihat cahaya – cahaya berwarna warni seperti menjadi selubung tempat ini. apakah selubung itu yang membuat panas matahari tidak sampai ke tempat ini?

Entahlah.

Aku kembali berjalan.

Deg

Kali ini aku melihat wajah lain, namun mirip dengan dia. berbeda dengan ‘dia’ saat aku melihat wajah lain – wajah yang pernah menjadi tujuanku – yang kurasakan hanya rasa sakit atas perbuatannya.

Tidak ada secercah rindu pun yang kurasakan. Kenapa?

Wajah itu menghilang sekejap. Dan berganti menjadi wajah ‘dia’ lagi. kenapa? kenapa wajahnya yang harus aku ingat? Aku tidak ingin merasakan sakit lagi.

‘Kau ingin menjadi manusia? Ataukah hidup di dunia lain?’ sebuah suara menghentakkanku. Suara berat yang membuat dadaku berdegup kencang.

“Siapa kau?” teriakku.

Namun, hanya hembusan angin yang menjawab.

‘Pilihlah apa yang kau inginkan? Kau ingin menjadi manusia untuk bersama takdirmu? Ataukah kau memilih hidup di dunia lain dengan menghapus semua memorimu tentang takdirmu?’

Aku terhenyak mendengar suara itu.

Meski berkali – kali aku bertanya, suara itu tidak menjawab. Hanya terus mengulang pertanyaan yang sama. membuatku menarik kesimpulan. Aku hanya harus menjawab pilihanku.

Aku memang merindukannya. Namun, rasa sakit dihatiku terlalu kuat.

Aku tidak ingin sakit lagi.

“Aku……….”

 

==================è DRACULA ç=========================

Raena keluar dari kediaman Shim. Raut wajahnya datar tidak menunjukkan setitik ekpresi. Entah apa yang dia pikirkan.

Minyoung, si kembar Minho dan Dongwoo serta Yunho tidak berani mengeluarkan sepatah katapun. Sepertinya mereka tahu apa alasan Raena seperti itu.

Penjelasan Jungsoo dan adik – adiknya pasti membuat shock Raena.

Diantara mereka semua, mungkin yang paling takut adalah Raena. Karena mereka tahu sejarah atau latar belakang Raena. Dan juga Heechul.

Namja drakula – pangeran kedua – tersebut sampai detik terakhir tidak menunjukkan perasaan cinta kepada Raena. Tentu saja semua orang seakan bisa menebak bahwa Heechul akan memilih pilihan kedua.

Heechul tidak akan pernah kembali.

Karena Heechul tidak memiliki rasa cinta kepada Raena.

“Eonnie.” panggil lirih Minyoung.

Raena berhenti mendengar suara adik bungsunya. Dia menoleh dan mendapati raut wajah khawatir saudara – saudaranya. Membuat Raena menyunggingkan senyumnya.

“Waeyo?”

“Eonnie, gwenchana. dia tidak kembali masih ada kami.” Ucap Minyoung.

“Aku tidak apa – apa kok. Kalian tidak perlu khawatir.”

Raena kembali berjalan. Kali ini dia tidak lagi memasang wajah datar.

Tidak.

Dia tidak akan membuat sedih keluarganya. Dia harus bangkit. Dan dia harus melangkah.

Meski takdir mereka terhenti, namun dia masih memiliki takdir lainnya bukan? Dia tidak akan menjadi yeoja lemah. Dia hanya perlu bangkit. Meski memerlukan waktu lama untuk bisa menata hidupnya, dia yakin dia bisa. Selama ada keluarga dan sahabatnya. Semua itu tidak akan sulit.

“Raena~a.” suara Yunho kembali menghentikan langkahnya.

“Wae Oppa?” tanya Raena.

“Itu…” mendengar suara Yunho yang terdengar tak percaya membuat Raena penasaran.

Dia menoleh ke arah yang ditunjuk Yunho. Matanya membulat. Tenggorokannya terasa tercekat. Jantungnya berdegup kencang.

Tidak mungkin.

Seharusnya dia tidak di sini bukan?

“Annyeong Raena~a, Yunho~ssi, Minho~ssi, Dongwoo~ssi, minyoung~ssi.” sapa orang itu.

Suaranya begitu nyata.

Berharap hanya halusinasi. Tapi ternyata ini adalah nyata.

Kenapa dia?

“Seung.. ri?”

 

 

 

TBC