Cast :
- Kim Heechul
- Shin Raena aka me
- Choi Siwon
- Shin Minyoung aka Nana Chan
- Park Jungsoo
Other
Genre : Romance, Little Angst (?)
Rated : Ga tau ini apa… tapi ada sedikit menjurus..
Part : 1/2
Summary : Karena sebuah kejadian tak terduga, Kim Heechul dan Shin Raena menikah. Tanpa cinta. Namun kehadiran mantan pacar Heechul, Shin Minyoung yang adalah adik kesayangan Raena mengacaukan kehidupan pernikahan mereka. lalu apa yang akan mereka lakukan? Melanjutkan pernikahan mereka yang mereka yakini tanpa cinta. Ataukah mengakhirinya? (kayaknya ga cocok dech..)
Ini FF sebenarny kubuat khusus buat Suamiku Chulpa yang tengah berulang tahun 10 Juli 2011 yang lalu,, udah aku post di FB, tapi baru bsa aku post disini sekarang… terlambat sekali dan ini aneh sekali. yah meski aneh, gaje, hancur dan ga nyambung ma judul tetep minta Komennya ya….
Okeh Happy Reading aja dech.. ^^
Tokyo, 25 Desember 2010
Kim Heechul. Seorang namja yang cukup sempurna. Kaya. Tampan. Sukses. Dan Terkenal. Rasanya tak kan mungkin ada yeoja yang akan menolaknya. Apalagi Heechul bukan namja yang sombong. Dia terkenal sebagai orang yang baik, ramah dan lembut. Banyak nilai plus dari diri seorang Kim Heechul.
Namun nyatanya dia masih merasa memiliki satu kekurangan.
Kekasih.
Ya, dia tidak memiliki kekasih semenjak…. errr…. 3 jam yang lalu. Benar. Seorang Kim Heechul dicampakkan oleh seorang kekasih yang dicintainya. Seorang kekasih yang telah 3tahun ini bersamanya. Dan alasannya sangat klise. Tidak ada kecocokan lagi. Dan lebih menyedihkan lagi adalah dia diputuskan tepat saat Natal.
Itulah yang membuatnya cukup terpuruk. Sepertinya seorang Shin Minyoung sungguh hebat, sanggup membuat Kim Heechul yang digilai banyak yeoja itu merasa patah hati. Dan baru kali ini Heechul patah hati. Meski Minyoung bukan kekasih pertamanya.
“Shin Minyoung.” Teriak Heechul.
Tidak dipedulikannya orang – orang yang berada di taman ini memandangnya aneh. Dia tidak peduli dengan salju yang mengguyur kota Tokyo. Dia tidak merasa kedinginan. Dia tidak merasakan apapun. Hatinya terasa kebas.
Padahal dia berniat untuk melamar Minyoung. Dia sudah mempersiapkan segalanya. Nyatanya semua itu sia – sia saja. Dia jauh – jauh datang dari Seoul hanya untuk kekasih yang sudah setahun ini tidak ditemuinya. Tapi ternyata…..
Sungguh, malang sekali Kim Heechul.
@@@@@
Salju semakin deras saja. Namun seorang gadis nampaknya tidak peduli. Dia menuju ke sebuah supermarket tak jauh dari tempat tinggalnya. Dia mengeratkan pegangannya pada payung hitamnya.
“Ah dasar menyebalkan mereka itu. Seenaknya saja menyuruhku membeli bahan makanan. Bilang saja ingin bermesraan. Hah tahu begitu aku pulang ke Seoul saja.” Gerutu gadis yang bernama Shin Raena.
Shin Raena seorang fotografer. Meski tidak terkenal, dia seorang yang pantang menyerah. Lebih tepatnya ngotot dan keras kepala.. Tapi dia juga seorang yang baik dan ramah.
Dia mungil. Tingginya hanya 155cm saja. Tidak feminim. Tapi juga tidak tomboy. Dan dia belum pernah berpacaran sekalipun selama 23tahun kehidupannya. Dia sudah lama tinggal di Jepang, karena dia kuliah dan bekerja di Jepang.
Tak lama Raena keluar dari supermarket. Dia sudah mendapatkan barang yang dibutuhkan dan dicarinya. Dengan menenteng dua plastic di tangan kirinya dia mulai berjalan menembus hujan salju lagi.
Namun, langkahnya terhenti saat dia mendengar ucapan – ucapan orang yang kebetulan berpapasan dengannya. Mereka sepertinya membicarakan seorang lelaki yang nekat. Karena duduk di bangku taman di tengah hujan salju. Raena menoleh dan mendapati seorang lelaki yang cukup tampan Nampak duduk melamun di taman. Wajahnya Nampak frustasi. Sungguh kasihan.
Tanpa sadar, Raena berjalan mendekat kea rah lelaki itu. Wajah lelaki itu terlihat pucat. Pasti karena kedinginan. Raena segera memayungi lelaki itu. Membuat sang lelaki yang tak lain adalah Heechul mendongak. Dia bingung melihat ada seorang gadis yang tak dia kenal tengah memayunginya. Dia semakin bingung melihat gadis itu tersenyum kepadanya. Tapi dia bias merasakan hatinya yang beku selama 3 jam tadi perlahan menghangat melihat senyum gadis itu. Membuatnya tanpa sadar tersenyum juga.
@@@@@
Raena dan Heechul tengah berada di sebuah kedai. Mereka memesan sake. Heechul dan Raena meminum sake tanpa banyak bicara. Namun, setelah menghabiskan 2 gelas sake dan mulai merasa mabuk, Heechul memecahkan keheningan diantara mereka.
“Kau tahu, aku merasa sangat kecewa. Aku sudah menyiapkan segalanya tapi semuanya sia – sia. Dasar yeoja tidak tahu diri.” maki Heechul.
“Memang kamu menyiapkan apa?” Tanya Raena ingin tahu. Padahal dia juga sudah mulai mabuk.
“Aku akan melamar dia. Di bawah pohon natal. Itu keinginannya. Tapi ternyata di bawah pohon natal raksasa itu dia memutuskan aku. Padahal selama 3 tahun berpacaran hubungan kami baik – baik saja. Tapi kenapa dia memutuskan hubungan kami dengan alasan tidak cocok? Sungguh lucu sekali.” Heechul mengeluarkan uneg – unegnya.
Raena hanya mendengarkan saja. dia bisa melihat kesedihan di mata coklat lelaki itu. Pasti lelaki itu sangat mencintainya bukan? Raena iri dengan gadis beruntung yang tidak tau diri itu. Meski tidak mengenal lelaki di depannya, tapi dia bisa menangkap besarnya cinta lelaki itu.
“Sudahlah tuan, lupakan saja wanita itu. Kau tampan. Kau pasti bisa mendapatkan wanita mana saja yang kau mau.” Ucap Raena.
Heechul menatap wajah gadis di depannya.
Saat ini dia baru menyadari bahwa wajah gadis didepannya sangat cantik tanpa riasan apapun yang menempel diwajahnya. Terlihat apa adanya. Rambutnya dibiarkan tergerai. Mungkin untuk mengurangi rasa dingin. Meski dia sudah memakai baju tebal. Dan dia terlihat begitu menawan di mata Heechul yang mabuk dan tengah patah hati.
“Apa kau tidak akan menolakku jika aku melamarmu?”
Raena terdiam mendengar ucapan laki – laki di depannya. Kesadarannya sedikit memulih.
“Would you marry me?” ucap Heechul. Dan dia mengangsurkan sebuah cincin sederhana bermata satu, namun terlihat sangat indah.
Mata Raena membelalak. Ada seseorang melamarnya. Di sebuah kedai sake. Saat mereka setengah mabuk. Sungguh sesuatu yang aneh. Namun, lebih aneh lagi saat Raena mengangguk. Dan menjawab yakin.
“I Do.” Bibir Heechul tertarik ke atas membentuk sebuah senyum yang sempurna saat mendengar jawaban Raena. Dia langsung menarik jemari lentik Raena dan memakaikan cincin itu ke jari manis kiri Raena. Sejujurnya mereka berdua tidak tahu bagaimana mereka bisa bertindak begitu nekat dan aneh. Mungkin karena mereka mabuk. Mungkin juga karena ada rasa tertarik diantara keduanya.
Entahlah. Mereka sendiri tidak tahu kenapa.
“Dengarkan semuanya. Aku baru saja melamar seorang wanita. Dan diterima jadi kalian bisa minum sepuasnya. Aku akan mentraktir kalian.” Ucapnya dengan bahasa Jepangnya yang fasih, membuat semua yang ada di kedai tersebut bersorak riang.
Semburat warna merah memenuhi pipi Raena. Heechul kembali mengalihkan pandangannya ke arah Raena.
“Gomawo.”
“Cheonmaneyo… ehm, tapi kita bahkan belum saling mengenal.” Ucap Raena pelan.
Heechul terkekeh. “Naneun Kim Heechul imnida. Neo?”
“Naneun.. Shin Raena.”
Lalu keduanya kembali menyunggingkan senyum.
@@@@@
27 Desember 2010
Raena POV
“Mwo? Eonnie serius? Kapan kalian berpacaran? Kenapa tidak pernah bercerita?” ucapan adik semata wayangku membuatku diam saja. masa aku harus bercerita, kalau aku tidak pernah berpacaran. Bahkan aku tahu namanya saja setelah dia melamarku. Dia melamarku pun dalam keadaan mabuk.
Aku sendiri masih merasa seperti mimpi. Setelah dia memperkenalkan dirinya, dia langsung mengajakku ke hotel tempat dia menginap. Dan entah apa yang merasukiku. Aku mengikutinya begitu saja. Sepertinya aku memang tertarik kepadanya. Tapi entah apa yang ada dipikirannya. Aku tidak tahu. Dan sepertinya aku juga tidak peduli. Dan akhirnya aku bermalam di kamar hotelnya.
Kalau diingat – ingat, saat itu seperti bukan aku saja. Aku tidak pernah menyangka memiliki sifat liar seperti itu. Setiap mengingat malam itu membuat wajahku memanas. Aku malu sekali.
Kenapa aku tidak berpikir panjang sebelum memutuskan hal tersebut. Sedangkan itu yang pertama bagiku. Bagaimana jika lelaki itu tidak bertanggung jawab. Tamatlah riwayatku.
Memang, dipagi harinya saat aku terbangun, aku tiba – tiba merasakan ketakutan. Dan risau. Tentang lamarannya itu. Bukankah dia melakukannya saat mabuk. Jika dia sadar dan menyangkalnya bagaimana? Tapi ketakutanku sirna.
Flashback
Saat itu kami sarapan di restauran hotel. Aku masih malu dan gugup. Apalagi pagi itu dia terlihat mempesona.
“Ng.. Heechul-ssi, tentang semalam…”
“Raena-ya, kau tidak usah khawatir. Aku serius ingin menikahimu.”
“Tapi.. tapi kita tidak saling mengenal.” Ucapku terduduk malu.
“Tidak apa, kita bisa saling mengenal setelah kita menikah. Usiaku sudah cukup. Dan…”
“Dan?”
“Keluargaku ingin aku segera menikah, mereka tahu aku ke Tokyo untuk melamar yeoja yang sudah 3tahun ini menjadi kekasihku. Aku tidak mungkin mengatakan sudah diputuskan kepada orang tuaku yang sudah berharap.”
“Ne.”
“Mianhae jika aku bersikap seenaknya sendiri. Apa kau sudah punya kekasih?”
“Aniya. Aku belum punya kekasih.”
“Jadi, tidak apa kan jika kau menikah denganku? Apalagi semalam kita….”
“Arraseo.” Potongku. Aku malu.
“Kalau begitu mulai sekarang panggil aku oppa atau Chagi.”
“Oppa saja.” Putusku.
“Dan satu hal lagi Raena-ya, orangtuaku sudah mempersiapkan pernikahanku. Mereka ingin mengadakan pernikahan sebelum tahun baru. Jadi, apa kau siap jika menikah denganku tanggal 29 nanti?”
“Secepat itu?”
“Ne.”
“Tapi…”
“Kau cukup memberitahu keluargamu dan beberapa orang yang ingin kau undang. Semua persiapan sudah selesai. Otthe?”
“Aku.. tidak bisa menolaknya.” Senyum Heechul melebar.
Flashback end
“Eonnie, kenapa diam saja?” suara Minyoung, adikku membuyarkan lamunanku. Aku tergagap.
“Ah, sebenarnya kami belum lama berpacaran.”
“Dia orang mana?”
“Orang Korea.”
“Dan dia melamarmu di Jepang. Wah, dia pasti sangat mencintaimu sampai dia rela jauh – jauh ke Jepang hanya untuk melamarmu.” Aku tersenyum saja miris. Seandainya Minyoung tahu apa yang sebenarnya terjadi.
“Lalu bagaimana hubunganmu dengan namjachingumu itu?”
Kulihat wajah adikku murung. “Aku putus dengannya.”
“Mwo? Hajiman…”
“Eonnie, akan lebih baik kami putus saja, daripada dia berpacaran dengan orang penyakitan seperti aku.”
“Tapi sebentar lagi, kau akan dioperasi khan? Kau pasti sembuh.”
“Iya kalau sembuh, kalau nggak? Eonnie tenang saja. Jika aku sembuh, aku pasti akan berjuang untuk mendapatkannya kembali.”
“Ne. kau harus bahagia nae dongsaeng.” Minyoung tersenyum. Lalu dia memelukku.
“Eonnie, juga jangan khawatir. Ngomong – ngiomong kapan eonnie akan menikah?”
“Tanggal 29 ini.” Ucapku tenang.
“Mwo? Eonnie. Itu khan lusa? Kau gila?”
“Mungkin. Tapi, entah kenapa aku tidak bisa melepasnya.” Ucapku jujur. Dia terlalu sempurna untuk aku tolak. Biarlah, aku dikata egois atau apa. Tapi aku tidak mau melepas kesempatan yang mungkin tidak akan datang 2 kali.
“Tapi eonnie, aku hari ini sudah harus terbang ke Amerika. Aku tidak mungkin bisa menghadiri pernikahanmu.”
“Minyoung-ah, kau tenang saja, yang penting operasi kamu berhasil dulu. Mianhaeyo, tidak bisa menemanimu operasi.”
“Gwenchanayo eonnie. Ada Siwon oppa juga. Pokoknya aku akan berusaha untuk sembuh, agar aku bisa bertemu dengan eonnie dan suami eonnie nantinya. Dan jika bisa, calon keponakanku.” Aku bisa merasakan wajahku memanas.
Ting tong…
Suara bel pintu menyelamatkanku sepertinya. Aku segera membuka pintu. Dan kulihat seorang namja jangkung. Dia tersenyum manis memperlihatkan lesung pipinya yang dalam.
“Annyeong Rae-ya.”
“Annyeong Siwon-ah. Mau menjemput Minyoung?”
“Ne. Kami harus ke bandara sekarang agar tidak terlambat. Apa dia sudah siap?”
“Aku sudah siap oppa.” Jawab Minyoung sebelum aku sempat menjawab.
Siwon tersenyum, lalu mengambil koper yang diangsurkan Minyoung. “Rae-ya, kami berangkat ya.” Ucapnya.
“Eonnie, kami berangkat ya.”
“Ne. hati – hati. Nanti kalau sudah sampai sana hubungi aku ne?”
“Arraseo.”
Aku memberikan pelukanku kepada adik dan sahabatku. Siwon adalah sahabatku. Dia juga asli Korea, tapi sudah lama dia tinggal di Jepang. Kami bersahabat sejak aku pertama kali menginjakkan kakiku di Jepang. Kami satu sekolah.
Dan dia juga sudah menjadi fotografer terkenal.
Aku tahu, Siwon menyukai adikku. Tapi adikku sudah memiliki namja yang dia cintai. Aku juga tidak bisa memaksa perasaan adikku. Meski keduanya akrab dan mesra, tapi itu karena Minyoung menyayangi Siwon seperti kepada oppanya sendiri.
Ah, aku harus segera membereskan barang – barangku. Heechul Oppa akan menjemputku sebentar lagi.
@@@@@
Heechul POV
Taksi yang aku naiki berhenti di depan apartemen tunangan dadakanku. Yah, meski egois tapi aku tidak begitu menyesal. Dia cantik. Dia baik. Dan sepertinya berasal dari keluarga baik – baik saja. Aku hanya merasa heran, kenapa dia mau menerima lamaranku yang tidak masuk akal itu. Dan lebih tidak mengerti diriku adalah aku membawanya menginap dikamar hotelku, menghabiskan malam bersamanya. Padahal aku masih mencintai Minyoung.
Sepertinya otakku menjadi tidak beres setelah aku putus dari Minyoung. Tapi karena kejadian semalam aku tidak mungkin lepas tanggung jawab. Ya ampun, aku baru menyadari, akuyang pertama bagi Raena. Yah, sedikit bangga juga sich menjadi yang pertama bagi Raena. Tapi aku juga merasa kasihan kepadanya. Aku…. Tidak mencintainya.
Tapi sepertinya mengikat diri bersamanya lebih baik, daripada mengharapkan Minyoung yang telah mencampakkanku. Aku bukan namja yang akan terus bersabar jika telah dicampakkan.
Langkahku terhenti saat melihat pemandangan di depan sana. Aku melihat yeoja yang telah mencampakkanku. Minyoung. Dia tengah berjalan bersama seorang namja yang kuakui.. err… sangat tampan. Mereka nampak dekat sekali. aku tidak pernah tahu Minyoung memiliki teman namja yang dekat selain aku.
Kutatap lekat – lekat mereka berdua yang kuyakin tidak melihatku. Buktinya mereka masuk ke dalam mobil mewah itu begitu saja. jadi inilah alasan Minyoung mencampakkanku. Bukan karena kami tidak cocok lagi. tapi lebih karena dia telah memiliki namja lain.
Begitu mobil itu berjalan meninggalkan halaman apartemen tersebut, aku segera masuk ke bagunan apartemen tersebut. Hei, apa ini suatu kebetulan? Minyoung dan Raena tinggal di apartemen yang sama. Apa mereka saling mengenal?
Aku menghapus pikiran itu saat aku sudah sampai di depan pintu sebuah kamar. Pelan, kutekan bel pintu. Tak lama kemudian, muncul yeoja yang kemarin pagi aku antarkan pulang. Dia nampak santai sekali, dengan hotpants hitam dan kaos kebesaran warna putih. Dia nampak terkejut melihat kedatanganku.
“Oppa sudah datang? Aku pikir masih nanti sore.”
“Kita berangkat nanti sore, tapi aku langsung check out saja. itu sebabnya aku membawa barang – barangku ke sini. Apa kau belum siap – siap?” tanyaku.
“Sudah kok. Ah, masuk dulu Oppa. Aku akan mandi dulu. maaf, aku belum sempat mandi. soalnya tadi aku membantu adikku beres – beres.” Aku mendengar dia berbicara panjang lebar. Sepertinya dia merasa agak gugup.
“Mmm.. Raena-ah,” gumamku.
“Ne?” dia berbalik.
“Aku lapar. Bisakah kau memasakkanku sesuatu?” tanyaku tanpa malu. Dia nampak bengong. Lalu segera mengangguk.
“Oppa duduklah dulu. aku akan buatkanmu sarapan.” Dia menghilang dibalik tembok yang kuyakin adalah dapur. Segera kubuka mantel tebal yang kupakai. Lalu melangkah menuju sofa. Apartemen ini tidak sebesar apartemenku, tapi terlihat menarik. Dan rapi. Sayangnya, beberapa barang sudah tidak ada. Sepertinya sudah dibereskan semua.
Tak lama kemudian Raena keluar membawa piring berisi setangkup roti isi yang cukup besar. Dan segelas cappucino.
“Mian oppa, aku tidak memiliki bahan makanan apa – apa, jadi aku hanya bisa membuatkanmu roti isi.”
“Ini sudah lebih dari cukup. Gomawo.”
Dia tersenyum. Lalu duduk, menemaniku sarapan. Hm, rasanya lumayan enak.
“Kau tidak sarapan juga?”
“Aku tadi sudah oppa, bersama adikku.”
“Oh ya, dimana adikmu?”
“Dia baru saja pergi. Dia harus menjalani operasi. Jantungnya bermasalah. Dan sekarang ada donor jantung, jadi dia ke Amerika untuk menjalani operasi tersebut.” Jelasnya. Aku hanya mengangguk sambil meneruskan makanku.
Dia tidak melakukan apapun. Hanya duduk diam menungguiku menyelesaikan makanku. Entah kenapa aku merasa pilihanku tak salah. Dia bisa menjadi istri yang baik.
Selesai aku makan, dia langsung membawa piring dan gelas bekasku makan. Mencucinya.
“Oppa aku mandi dulu ya, tidak apa khan aku tinggalkan oppa?”
“Ne.” Ucapku. Sepeninggalnya, aku menyalakan TV. Tidak ada acara yang bagus tapi daripada aku diam saja. jadi lebih baik aku menonton acara TV.
@@@@@
Author POV
Raena baru saja selesai mandi. rambutnya masih basah. Dan dia juga masih menggunakan kimono handuknya. Entah kenapa Raena tidak merasa risih meski dia tahu ada namja di rumahnya. Mungkin karena dia berpikir mereka akan segera menikah. Jadi itu tidak masalah bukan?
Heechul mencium aroma segar vanila. Dia mengalihkan pandanganya dari layar TV yang dia tonton. Dan menemukan Raena yang terlihat segar sehabis mandi di dalam kamarnya yang tidak tertutup. Tanpa dapat dicegah pikiran liarnya kembali mengingat kejadian semalam.
Heechul bangkit dari sofa dan menghampiri Raena yang masih asyik mengeringkan rambutnya. Gerakan Raena terhenti saat merasakan ada seseorang yang memeluk pinggangnya. Tubuhnya menegang saat dirasakannya ada orang mengendus tengkuknya.
“Raena-ah, kau wangi sekali..” desah Heechul. Raena diam saja. Tubuhnya terasa melemas. Itu sebabnya dia membiarkan Heechul melakukan apa saja terhadap tubuhnya.
Heechul membalik tubuh Raena dan mencium bibir Raena dengan sedikit kasar dan penuh nafsu. Raena membalas sebisanya. Dan kemudian… *skip… authornya ga bisa buat yg lebih silahkan membayangkan bagi yang cukup umur saja*
@@@@@
Seoul, 27 Desember 2010, 19.00
Raena dibawa Heechul ke apartemennya yang mewah dan luas. Malam ini Heechul memang berniat untuk menginap semalam di apartemennya. Baru kemudian esok harinya dia membawa Raena ke rumah keluarga besarnya.
“Istirahatlah. Kau pasti capek khan?”
“Oppa sendiri mau kemana?”
“Mian, aku akan menemui sahabatku. Kebetulan dia ada di restauran tidak jauh dari sini. tidak apa khan aku tinggal?”
“Ne.”
Heechul meninggalkan Raena yang sekarang ada di dalam kamar luas Heechul. Matanya menelusuri seisi ruangan. kamar yang indah sekali. menyadari bahwa tak lama lagi dia akan tidur di kamar indah ini, membuat hati Raena menghangat.
“Tuhan, tidak apa khan? Aku tidak akan salah mengambil keputusan khan? Aku juga tidak berlaku curang bukan? Dia bilang dia dicampakkan. Dan aku percaya padanya.”
Raena bangkit. Dan menuju ke jendela, membuka tirai dan mendapati Seoul tengah diguyur hujan salju.
@@@@@
Seoul, 28 Desember 2010
Raena menatap rumah megah ini, sedikit gugup. Bagaimana jika mereka tahu, bahwa wanita yang akan menikahi putra mereka bukanlah pacar asli dari Kim Heechul. Bagaimana reaksi mereka?
Genggaman hangat dari Heechul membuat Raena mendongak. Senyum hangat Heechul membuat kegugupan Raena berkurang. Tak lama pintu terbuka setelah Heechul menekan bel.
Seorang wanita yang kelihatan imut sekali.
“Heechul-ah.” Sapanya.
“Noona.” Raena Nampak kaget segala. Noona? Padahal yeoja ini imut sekali. “Noona, perkenalkan calon istriku. Shin Raena. Chagiya, ini noonaku, Kim Heejin.”
“Annyeong haseyo… naneun Shin Raena imnida.” Ucap Raena sambil membungkuk.
“Annyeong haseyo. Kim Heejin imnida.” Heejin tersenyum, tapi Raena bisa merasakan senyuman itu lain. Seperti yah, curiga.
“Heejin-ah siapa yang datang? Omo.. Heechul-ah…” raena melihat seorang wanita setengah baya keluar lalu memeluk Heechul erat. Inikah calon mertuanya?
Raena bisa merasakan tatapan Heejin yang tajam ke arahnya. Membuatnya agak risih.
“Ah ini ya calon mantu eomma Heechul-ah, cantik sekali.”
“Annyeong haseyo ajhumma. Naneun Shin RAena imnida.” Ucap Raena agak kikuk.
“Omo, jangan panggil aku ajhumma. Panggil aku eommonim, ne?”
“Ne, eommonim.” Angguk Raena.
“Ayo aku kenalkan kau dengan appa, dan adik Heechul. Kau pasti belum mengenalnya khan?” eomma Heechul langsung menarik tangan RAena dan membawanya masuk ke dalam. Sedangkan langkah Heechul terhenti oleh tatapan sadis kakaknya.
“Waeyo?” Tanya Heejin.
“Mwo?”
“Jangan pura – pura bodoh. Aku tahu pacarmu bukan dia. Tapi kenapa kau bawa dia?” Heechul menatap dalam kakaknya.
“Karena aku sudah melamarnya.” Jawab singkat Heechul. Alis heejin terangkat sebelah meminta penjelasan lebih. Dan mau tidak mau Heechul menceritakan semuanya kepada Heejin.
Pletak.
“Aw.” Heechul mengaduh saat tangan kakaknya mendarat indah di kepalanya.
“Dasar babo. Bagaimana bisa kau melakukannya bersama dengan orang yang tidak kau kenal. Dan Raena itu kelihatan polos sekali. Atau jangan – jangan itu hanya penampilan luarnya saja. Bagaimana jika dia menjebakmu?”
“Aniya noona. Dia baik kok. Dan.. ehm…” Heejin penasaran melihat wajah putih namdongsaengnya memerah. “Aku yang pertama kok Noona.” Lirihnya. Mata heejin membulat sempurna.
“YA…” dia tidak mampu berucap lagi. Sungguh. Dia harus merasa kasihan kepada Raena atau membencinya. Kini dia tahu alas an Heechul tetap berniat menikahi Raena. Dia pasti merasa bertanggung jawab karena telah errr… mengambil hal berharga yang dimiliki Raena. Tetapi kenapa Raena mau?
Sementara itu, di ruang tamu, terlihat eomma dan appa heechul dan namdongsaeng Heechul satu – satunya. Ternyata dia dan Raena seumuran. Hanya lebih muda beberapa bulan saja.
Terlihat sekali eomma, appa dan namdongsaeng Heechul menyukai Raena yang polos itu.
Begitu Heechul dan Heejin masuk, eomma Heechul langsung memberikan berbagai pertanyaan.
“Raena chagiya, berapa umurmu sekarang?”
“23 eommonim.”
“Selama ini kau tinggal dimana?”
“Hampir 6 tahun aku tinggal di Jepang. Aku kuliah dan kerja disana.” Jawabnya tenang.
“Kau bekerja dimana?”
“Aku hanya bekerja sebagai fotografer eommonim. Meski masih amatiran, tapi karena suka jadi aku masih tekuni juga.” Jawab Raena pelan.
Heechul menatap kaget kea rah Raena. Dia tidak tahu umur dan pekerjaan yeoja ini. Ternyata dia cukup unik.
“Lalu sejak kapan kalian berpacaran?”
Pertanyaan appa Heechul membuat Raena terdiam. Bingung harus menjawab apa.
“Appa, eomma, Heechul dan Raena pasti lelah. Biarkan mereka berstirahat.” Ucap Heejin. Heechul berterima kasih kepada kakaknya dalam hati yang telah menyelamatkan mereka.
“Ayo Raena, aku antar kekamarmu..” ajak Heejin.
“Ya Heejin-ah mau kau bawa kemana dia?” teriak eommanya.
“Kekamar tamu eomma.”
“Andwe!”
“Mwo?”
“Dia akan tidur di kamar Heechul, bersama Heechul.”
“Hajiman..” Heejin Nampak shock.
“Besok mereka akan menikah. Jadi tidak mengapa malam ini mereka tidur bersama.” Kata Eomma Heechul.
“Eomma!” teriak Heejin dan Heechul. Tapi eomma Heechul nampak cuek saja, akhirnya semua pasrah saja. Hanya Appa dan Ryeowook, adik Heechul yang senyum – senyum melihat sikap eommanya.
@@@@@
29 Desember 2010…
“Kim Heechul-ssi, bersediakah kau menerima Shin Raena sebagai istrimu. Berjanji untuk tetap setia saat suka maupun duka, saat sedih maupun senang, saat sakit maupun sehat sehingga maut memisahkan kalian?”
“Ne. Saya bersedia.” Jawab Kim Heechul sangat mantap.
“Shin Raena-ssi, bersediakah kau menerima Kim Heechul sebagai suamimu. Berjanji untuk tetap setia saat suka maupun duka, saat sedih maupun senang, saat sakit maupun sehat sehingga maut memisahkan kalian?”
“Ne.. saya bersedia.” Jawab Raena pelan dan lembut.
“Dengan ini kusahkan kalian sebagai suami istri. Silahkan kau mencium mempelaimu Kim Heechul-ssi.”
Heechul memegang bahu Raena. Membuka cadarnya, dan mengecup bibir lembut Raena.
“Gomawo.” Bisik Heechul pelan. Raena hanya mengerjapkan matanya. Jujur saja dia bahagia saat ini. dan dia berharap pernikahan mereka akan berjalan baik. meski mereka harus belajar saling memahami.
@@@@@
31 Maret 2011
Sudah 3 bulan mereka menjalani kehidupan sebagai suami istri. Mereka berusaha saling mengenal sifat masing – masing. Kehidupan Heechul pun semakin teratur. Berkat Raena. Kehidupan mereka baik – baik saja. sama seperti orang yang menikah karena cinta. Hanya mungkin perasaan cinta itu yang tidak ada.
Sehingga tidak ada pertengkaran atau apapun. Semuanya berjalan lancar. Tanpa ada guncangan yang berarti. Raena bisa memerankan peran seorang istri dengan baik. begitu juga dengan Heechul. Dan kemudian ada kabar yang membuat hubungan mereka dekat. Raena hamil 3bulan. Dan hal itu membuat Heechul memperlakukan Raena dengan baik.
Keluarga Heechul juga sangat menyayangi Raena. Mungkin agak berbeda dengan Heejin. Dia masih belum sepenuhnya menerima Raena. Meski dia mengakui sosok Raena yang begitu baik. sedangkan orang tua Raena saat ini berada di Amerika menemani Minyoung yang tengah sakit.
“Oppa, air hangatnya sudah aku siapkan. Kau ingin mandi dulu apa makan dulu?” tanya Raena saat dia menyambut kedatangan Heechul.
“Aku akan mandi dulu.”
“Baiklah. aku akan siapkan makan malamnya.” Raena segera meletakkan tas kerja suaminya di kamar kerja, kemudian menyiapkan makan malam untuk suami yang diam – diam mulai dia cintai itu.
Dering ponselnya berbunyi. Raena segera melihat id callernya.
Choi Siwon calling…
“Yobuseyo….. jincha?…. ne. Aku akan datang besok…. bersama suamiku? Ne… tentu saja…”
“Telephone dari siapa Raena?”
“Dari sahabatku. Yang menemani adikku di amerika. Rupanya mereka sudah pulang kemarin. Dan appa serta eomma ingin kita makan malam di rumah besok. Kau bisa oppa?”
“Tentu saja. apalagi mereka tidak hadir dipernikahan kita.” ucap Heechul.
Raena diam saja. hari ini Heechul terlihat berbeda. Seperti tengah kesal saja. dia bahkan makan dalam diam. Padahal dia selalu saja bercerita banyak hal kepada Raena.
@@@@@
Heechul POV
Aku merasa gelisah. 3bulan ini sangat tenang. Kehidupanku berjalan lancar. Aku senang Raena tidak banyak menuntutku. Maksudku menuntuk untuk mencintainya. Dia diam dan tenang. Bersikap sebagai seorang istri. Padahal saat aku dan dia pergi keluar aku bisa melihat sifat keras kepalanya. Apalagi jika dia sedang memotret.
Saat – saat saling mengenal terasa menyenangkan. Selalu banyak kejutan yang dia berikan. Aku menyukainya. Dia memberiku rasa nyaman. Dia memberiku kehangatan. Tanpa banyak tuntutan. Dan yah. Aku memang merasa kurang. Aku tidak mencintainya. Aku tidak merasakan debaran jantung yang menggila saat bersamanya. Tidak merasakan cemburu.
Tapi rasanya aku tidak mempermasalahkannya. Tidak apa seperti ini. tidak apa tidak ada debaran jantung ini. Asalkan aku merasa nyaman.
Tapi, kenapa ketenangan ini hanya berjalan 3bulan saja. kenapa dia hadir lagi? dan kenapa dia harus berbicara begitu? Jujur. Aku masih sangat mencintainya. Tapi sekarang semua sudah terlambat.
Flashback
Aku tengah berjalan menuju restauran dekat dengan kantorku. Saat aku melihat wajah yang ingin aku lupakan. Yang ingin aku musnahkan dari ingatanku. Dia sedang bersama namjachingu barunya. Aku akan berbalik, ketika suara yang sialnya masih sangat aku rindukan itu. Dengan memasang wajah datar aku kembali menatap ke arahnya. Dia memberikan senyum indahnya. Seperti tanpa dosa.
Dan.. sungguh bodoh karena aku masih berdebar melihat senyumannya tersebut.
“Oppa.” Ucapnya lagi.
“Hm.” Jawabku malas.
Dia langsung menghambur kepelukanku. Untuk sesaat aku merasa terhanyut ke kenangan lama saat bersamanya. Tapi kemudian, aku teringat dia mencampakkanku. Hingga aku menyingkirkan tubuhnya. dia menatapku. Heran, kecewa dan terluka.
Tapi peduli apa. Dia juga sudah membuat hatiku hancur.
“Wae oppa? Kau tidak merindukanku?” tanyanya. Dia benar – benar hebat. Masih bersikap seperti tidak apa – apa. Setelah dia bilang putus. Karena tidak cocok. Dan dia memelukku seakan – akan dia merindukanku, padahal ada namjachingunya. Aku bisa melihat sinar kecemburuan di mata namja itu. Membuatku muak saja.
“Untuk apa? Minyoung-ssi, bukankah kita sudah tidak ada hubungan apa – apa. Lagipula aku tidak mau membuat kesalah pahaman dengan orang lain.” ucapku datar. Minyoung terdiam. Dia melirik ke arah Siwon lalu tersenyum kecil.
“Oppa, dia bukan namjachinguku jika kau berpikir begitu. Dia sahabat kakakku yang sudah seperti oppaku sendiri. Kami memang sangat dekat. tapi kami ini hanya sebagai saudara saja.”
“Jincha?” aku tidak mau percaya ucapannya.
“Ne. Oppa. Duduklah. Ada yang ingin aku bicarakan. Jebal.” Ucapnya dengan memohon. Tuhan… aku benar – benar lemah kepadanya. dia membuatku tidak bisa menolak jika dia sudah memohon seperti itu.
Akhirnya aku duduk di hadapan Choi Siwon, namja yang diperkenalkannya kepadaku.
“Oppa, mianhae.. aku sudah membuatmu terluka. Sebenarnya.. itu aku punya alasan sendiri oppa. Aku, memiliki penyakit gagal jantung. Saat itu aku akan menjalani operasi di Amerika. Tapi kemungkinannya kecil untuk berhasil. Aku takut. Jika aku akan gagal. Tapi kakak, orangtuaku dan juga Siwon Oppa yang menyemangatiku membuatku mau dioperasi. Aku memutuskanmu karena, jika operasi tidak berhasil oppa tidak akan lagi sedih.”
Aku kaget saat dia bercerita. Kenapa aku tidak tahu penyakit yang dia derita.
“Tapi aku selalu berharap untuk sembuh, agar aku bisa kembali merebut hati oppa.”
“Tapi semuanya sudah terlambat.”
“Apa maksud oppa?”
“Aku sudah menikah. Dan sekarang dia sedang hamil 3bulan.”
Aku bisa melihat matanya membulat tak percaya.
“Andwe. Oppa berbohong khan?”
Kutunjukkan cincin yang melingkar di jemariku. Dia terlihat shock.
“Oppa.. bagaimana bisa…”
“Seandainya saja kau jujur kepadaku Minyoung-ssi…” ucapku dengan nada pedih. Baru kali ini aku menyesali keputusanku untuk menikahi Raena.
“Oppa, oppa.. aku tidak akan membiarkanmu dimiliki yeoja lain. aku mencintaimu oppa. Aku juga tahu kau mencintaiku.” Ucapnya. Dia menangis. Membuatku berpaling. Tidak tega melihatnya menangis. Siwon segera merengkuh bahu Minyoung. Menenangkannya. Aku cemburu. Aku masih cemburu melihatnya.
“Mianhae Minyoung-ssi. sebaiknya kau lupakan aku saja.”
“Andwe. Aku tidak bisa. Bagaimana caranya agar kau bisa kembali kepadaku.”
“Jika kau bisa menyingkirkan istriku. Mungkin aku bisa kembali kepadamu.” Entah darimana aku bisa mendapatkan pemikiran begitu dan mengucapkannya.
“Oppa. Aku pasti akan membuat yeoja itu menjauhimu.” Tekadnya.
Aku mengabaikannya dan berlalu. Aku masih sakit hati. Tapi aku juga mencintainya. Tidak bisa aku sangkal., aku juga ingin kembali bersamanya.
“Kim heechul-ssi.” suara itu membuatku menoleh. Choi siwon.
Dia berjalan mendekatiku.
“Kumohon, jangan buat Minyoung menderita lagi. Dia bisa bertahan hidup semata – mata karenamu. Jadi, tolong jangan sakiti Minyoung. Dia baru saja selesai dioperasi. Kata dokter dia bisa kambuh dan semakin parah jika dia sedih. Jadi aku mohon…”
“Siwon-ssi. lalu bagaimana istriku?”
“Istrimu orang yang sehat bukan, aku yakin dia pasti mengerti.”
“Kau egois sekali.”
“Benar. Aku egois karena aku tidak ingin Minyoung menderita.”
“Kau mencintainya bukan?”
“Aku mencintainya. Sangat mencintainya. Tapi sayangnya tidak ada aku dihatinya. Jadi akan kulakukan apapun agar Minyoung bahagia.”
“Dan apakah kau akan membantu Minyoung menyingkirkan yeoja yang sekarang menjadi istriku?”
Dia mengangguk mantap.
“Kau belum bertemu dengannya bukan? Tunggulah aku memperkenalkan kalian. Dan kau bisa berpikir bagaimana caranya ‘menyingkirkan’ istriku.” Ucapku menekan pada kata menyingkirkan.
Sepertinya aku memang sudah gila. Bagaimana aku bisa punya niat untuk menyingkirkan orang yang tidak tahu apa – apa itu.
Tapi cinta memang egois…
Flashback end
“Oppa,” suara lembut itu menyadarkanku. Kutatap lekat wajahnya. Apakah aku akan tega?
TBC
Oh ya aku mau ngucapin :
saengil chukkaehamnida
saengil chukkaehamnida saranghaneun heechul oppa
saengil chukkaehamnida
wish u all the best for you